Hayat Tahrir al-Sham Tolak Berperang dengan Israel meski Suriah Dibombardir IDF
Meski Suriah dibombardir, HTS menolak terlibat konflik dengan Israel demi stabilitas.
Penulis: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menolak berkonflik dengan Israel meskipun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terus melancarkan serangan ke wilayah Suriah.
Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Jolani, mengungkapkan bahwa Israel menggunakan Iran sebagai alasan untuk melakukan intervensi di Suriah.
Jolani menegaskan bahwa HTS tidak memiliki niat untuk terjun ke dalam konflik melawan Israel.
"Kondisi Suriah yang letih karena perang tidak memungkinkan adanya konfrontasi baru. Prioritas saat ini adalah pembangunan kembali dan stabilitas," ujarnya dalam wawancara dengan Syria TV.
Dia juga menambahkan bahwa solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk mencapai keamanan dan stabilitas, dan petualangan politik yang tidak terencana tidak diinginkan.
Sementara itu, Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi menyatakan bahwa pihaknya tidak ingin terlibat dalam urusan politik domestik Suriah.
"Tujuan IDF beroperasi di Suriah adalah untuk memastikan keamanan Israel," kata Halevi.
Serangan IDF ke Suriah
IDF baru-baru ini meluncurkan serangkaian serangan besar ke Suriah yang dikenal sebagai Operasi Anak Panah Bashan.
Dalam tujuh hari terakhir, Israel mengklaim telah menghancurkan 70 hingga 80 persen kemampuan militer Suriah di bawah rezim Presiden Bashar al-Assad.
Menurut laporan, IDF menyerang sejumlah gudang senjata strategis di Suriah dengan menggunakan lebih dari 350 pesawat tempur.
Serangan ini bertujuan untuk mencegah senjata jatuh ke tangan kelompok teroris.
"Operasi ini sudah rampung dan berhasil menghancurkan hampir semua peralatan militer Suriah yang dianggap mengancam Israel," ungkap IDF.
Situasi di Suriah saat ini
HTS telah meningkatkan kekuatan politik dan keamanannya setelah kejatuhan kekuasaan Assad.
Pada 14 Desember 2024, pasukan HTS berhasil menguasai Kota Daara dan perlintasan perbatasan Nassib, serta melakukan pertemuan dengan kelompok pemberontak lainnya untuk membahas urusan militer dan sipil.
Jolani menekankan bahwa saat ini fokus utama mereka adalah membangun kembali negara dan menghindari konflik yang dapat memperburuk keadaan.
"Kita tidak ingin terlibat dalam sengketa yang bisa memunculkan kehancuran lebih lanjut," katanya.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).