AS Akhirnya Ngaku Pasukannya di Suriah Masih Sangat Banyak, Bukan 900, tapi 2.000 Pasukan
Sekretaris Pers Pentagon, Mayjen Pat Ryder akhirnya ngaku jika pasukan AS di Suriah masih sangat banyak. Sebelumnya, Ryder menyebut pasukan AS ada 900
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) akhirnya mengakui pasukannya di Suriah masih sangat banyak.
Sebelumnya, Pentagon menyebut terdapat 900 pasukan AS yang masih berada di Suriah.
Kini, Pentagon merevisi jumlah tersebut dengan mengungkapkan bahwa jumlah total pasukan AS di Suriah dua kali lebih banyak dari pernyataan sebelumnya.
Saat ini, pasukan AS di Suriah ada sekitar 2.000 tentara, menurut Sekretaris Pers Pentagon, Mayjen Pat Ryder.
Ia mengatakan, jumlah pasukan AS di Suriah tersebut mencakup pasukan sementara untuk "persyaratan misi yang berubah-ubah" dan misi Mengalahkan ISIS.
Penambahan pasukan AS ini terjadi sebelum jatuhnya rezim Assad, kata Ryder, tanpa menyebutkan kapan tepatnya pengerahan tentara dilakukan.
"Saya mengetahui angkanya hari ini," kata Ryder, dikutip dari Al Arabiya.
"Sebagai seseorang yang berdiri di sini dan memberi tahu Anda angka 900 (tentara), saya ingin memberi tahu Anda apa yang kami ketahui tentang itu," lanjutnya.
Meskipun kepala Pentagon, Lloyd Austin, mengetahui jumlah sebenarnya, ia tidak meminta siapa pun untuk mencegahnya dipublikasikan.
Sebaliknya, ia mengaitkan kurangnya transparansi dengan "sensitivitas dari sudut pandang keamanan diplomatik dan operasional".
AS memiliki kemitraan dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dianggapnya penting.
Baca juga: Bukan HTS, Israel dan Turki Disebut Jadi Pemenang Utama dalam Perang Saudara Suriah
Hal ini ditegaskan ketika Jenderal Erik Kurilla, jenderal tertinggi AS untuk Timur Tengah, mengunjungi beberapa pangkalan di Suriah minggu lalu untuk bertemu dengan pasukan AS dan anggota SDF.
Ia kemudian melakukan perjalanan ke Irak, menekankan komitmen AS untuk mengalahkan ISIS dan mengamankan mitranya di kawasan tersebut, termasuk Irak, Yordania, Lebanon, dan Israel.
Namun, serangan Turki terhadap pejuang SDF di Manbij dan Suriah utara telah menimbulkan kekhawatiran di Washington, khususnya di Pentagon.