Trump Ancam Beri Sanksi Tarif ke Uni Eropa Bila Tak Tingkatkan Pembelian Minyak dan Gas dari AS
Setelah mengancam China, Kanada, dan Meksiko, kali ini giliran negara-negara di Uni Eropa yang diancam sanksi tarif oleh Donald Trump
Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Ancaman sanksi tarif sepertinya menjadi senjata pamungkas Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk membangkitkan kembali perekonomian negaranya.
Setelah mengancam China, Kanada, dan Meksiko, kali ini giliran negara-negara di Uni Eropa yang dapatkan ancaman sanksi tarif dari Donald Trump jelang masa kepresidenannya di Januari mendatang.
Ancaman itu dibagikan oleh Trump pada hari Jumat (20/12/2024) melalui akun media sosial miliknya di Truth Social.
Di unggahannya tersebut, Trump mengancam akan memberikan sanksi tarif jika blok Uni Eropa tak mau meningkatkan jumlah pembelian minyak dan gas produksi Amerika Serikat.
Hal ini menurut Trump merupakan kunci bagi AS untuk menutup defisit negara mereka dengan blok tersebut yang dinilai cukup besar.
Di unggahannya tersebut, Trump menuding Uni Eropa selama ini telah menjalankan surplus perdagangan besar dengan AS dalam beberapa dekade terakhir.
"Saya memberi tahu Uni Eropa bahwa mereka harus menutupi defisit besar mereka dengan Amerika Serikat melalui pembelian minyak dan gas kami dalam skala besar," kata Trump dalam unggahannya di Truth Social.
Uni Eropa sendiri memiliki surplus perdagangan dengan AS yang mencapai angka keseluruhan sebesar 20,3 miliar euro pada Oktober, naik dari 16,8 miliar euro 12 bulan sebelumnya.
Ekspor Uni Eropa didominasi oleh Jerman dengan barang utama berupa mobil, mesin, dan bahan kimia.
"Jika tidak, akan ada (sanksi) TARIF di sepanjang jalan mereka!!!" tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, komisi perekonomian Uni Eropa masih belum memberikan tanggapan lebih lanjut.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1031: Putin Siap Bertemu Donald Trump, Bahas Akhiri Perang
Negara-negara di Uni Eropa sendiri selama beberapa waktu belakangan ini juga telah melakukan peningkatan pembelian minyak dan gas AS dengan angka yang cukup signifikan.
Hal ini juga tak terlepas dari keputusan blok tersebut untuk memberlakukan sanksi dan mengurangi ketergantungan pada energi Rusia setelah Moskow menginvasi Ukraina pada 2022.
Karena embargo transaksi minyak dengan Rusia tersebut, AS pun berkembang menjadi negara produsen minyak terbesar dalam beberapa tahun terakhir dengan produksi lebih dari 20 juta barel per hari minyak cair atau sekitar seperlima dari permintaan global.
Ekspor minyak mentah AS ke Eropa juga mencapai angka lebih dari dua juta barel per hari, mewakili lebih dari setengah total ekspor AS.
Adapun negara-negara pelanggan terbesar AS di Uni Eropa adalah Belanda, Spanyol, Prancis, Jerman, Italia, Denmark, dan Swedia, menurut data dari pemerintah AS.
Amerika Serikat juga merupakan produsen dan konsumen gas terbesar di dunia dengan output lebih dari 103 miliar kaki kubik per hari (bcfd).
Pemerintah AS memproyeksikan ekspor gas cair (LNG) AS akan rata-rata 12 bcfd pada 2024.
(Tribunnews.com/Bobby)