Ditekan Uni Eropa, Qatar Gertak Balik: Ancam Setop Pasokan Gas Jika Paksakan UU Baru
Qatar mengancam balik akan menghentikan pengiriman gas ke UE jika negara-negara anggota UE secara ketat menerapkan undang-undang baru
Penulis: Choirul Arifin
Qatar memainkan peran penting dalam proses ini. Posisi geografis dan cadangan gas yang sangat besar memberikan keunggulan di pasar Asia dan Eropa.
Di Doha Forum 2024, terjadi perang diplomasi energi, geopolitik, dan kekuatan pasar yang menentukan wilayah mana (Asia atau Eropa) yang akan menjadi tulang punggung inisiatif LNG Qatar.
Asia kini menjadi pasar terpenting bagi permintaan LNG secara global. Tiongkok, India, Korea Selatan, dan Jepang mendominasi impor LNG karena pertumbuhan ekonomi mereka, perkembangan industri, dan urbanisasi yang pesat.
Ketika negara-negara di kawasan ini beralih dari batu bara ke sumber energi ramah lingkungan, LNG menjadi bahan bakar jembatan dekarbonisasi yang penting. Qatar memiliki keunikan dalam kapasitasnya untuk memenuhi permintaan ini.
Menurut situs web Qatar Energy, proyek perluasan Lapangan Utara Qatar akan meningkatkan produksi LNG dari 77 juta ton per tahun (MTPA) menjadi 126 MTPA pada tahun 2027, sehingga menjaga pasokan konstan untuk memenuhi permintaan di Asia yang terus meningkat.
Selain itu, perjanjian multi-tahun dengan pembeli besar di Asia, seperti China National Petroleum Corporation (CNPC) dan Korea Gas Corporation (KOGAS), mencerminkan komitmen Qatar terhadap wilayah tersebut.
Perjanjian semacam ini juga membawa ketertiban dan kepastian pada pasar yang tidak dapat diprediksi.
Asia juga merupakan pasar yang terlindung dari ketidakpastian geopolitik yang menyertai hubungan Qatar dengan negara-negara Barat.
Selama Asia tetap fokus pada pertumbuhan dan ketahanan energi, maka hubungan yang pragmatis dan saling menguntungkan dapat terjalin.
Bagi Doha Qatar Energy, stabilitas tersebut memberikan pendapatan yang stabil dan memperkuat reputasinya sebagai mitra energi pilihan.
Pasar energi Eropa mempunyai cerita yang berbeda. Meningkatnya tekanan terhadap keamanan energi di benua ini terjadi seiring dengan krisis geopolitik yang menghambat impor gas Rusia.
Qatar telah memainkan peran penting dalam hal ini, menawarkan alternatif pengganti gas Rusia dan cara untuk mendiversifikasi bauran energi Eropa.
Namun, seperti yang disampaikan oleh Yang Mulia Menteri Saad Sherida Al-Kaabi di Forum Doha, peraturan dan kebijakan ekonomi Eropa merupakan tantangan yang serius.
Sistem penyesuaian batas karbon Uni Eropa dan kebijakan perubahan iklim lainnya dapat secara tidak sengaja memperlambat impor LNG, yang mana hal ini memberikan dukungan penting terhadap ketahanan energi.