Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pohon Natal Dibakar Milisi, Warga Kristen Suriah Gelar Protes di Ibu Kota Damaskus

Demonstrasi berlangsung pada tanggal 24 Desember, di mana para pengunjuk rasa membawa salib kayu dan bendera Suriah yang baru.

Penulis: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pohon Natal Dibakar Milisi, Warga Kristen Suriah Gelar Protes di Ibu Kota Damaskus
AFP/LOUAI BESHARA
Orang-orang berjalan melewati pohon Natal di ibu kota Suriah, Damaskus pada 19 Desember 2024. 

Suriah adalah rumah bagi banyak kelompok etnis dan agama, termasuk Kurdi, Armenia, Asiria, Kristen, Druze, Syiah, dan Arab Sunni, yang terakhir merupakan mayoritas penduduk Muslim.

Lebih dari dua minggu lalu, kepresidenan Bashar al-Assad jatuh ke tangan pasukan pemberontak, mengakhiri kekuasaan keluarga Assad selama lebih dari 50 tahun.

Sejak saat itu, banyak warga Suriah yang mengungsi mulai kembali ke rumah mereka - pada hari Selasa, Turki mengatakan lebih dari 25.000 warga Suriah telah kembali ke negara itu.

Namun, masyarakat internasional masih melihat bagaimana kelompok HTS akan memerintah Suriah.

Sejumlah pihak menilai, HTS dimulai sebagai kelompok yang mendukung kekerasan untuk mencapai tujuannya mendirikan negara agama, tetapi dalam beberapa tahun terakhir mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis.

Saat para milisi mereka berbaris menuju Damaskus awal bulan ini, para pemimpinnya berbicara tentang membangun Suriah untuk semua warga Suriah.

Pada hari Selasa, otoritas baru mengumumkan bahwa pemimpin Ahmed al-Sharaa telah mencapai kesepakatan dengan "faksi revolusioner... untuk membubarkan semua faksi dan menggabungkannya di bawah naungan Kementerian Pertahanan", menurut kantor berita Sana.

Berita Rekomendasi

Perdana Menteri Mohammed al-Bashir mengatakan kementerian akan direstrukturisasi untuk mencakup milisi.

Meskipun pernyataan tersebut menyebutkan "semua faksi", tidak jelas kelompok mana yang termasuk dalam penggabungan tersebut.

Ada banyak kelompok bersenjata di Suriah, termasuk beberapa yang menentang HTS dan yang lainnya memiliki hubungan yang tidak jelas dengannya.

Pimpinan HTS, Ahmad al-Sharaa, yang dikenal sebagai Abu Mohammad al-Julani, saat ini menjadi penguasa de facto Suriah.

Ia telah bertemu dengan pejabat Barat dan Arab untuk membahas proses politik transisi di negara tersebut, yang dijanjikan akan inklusif.

The Cradle melansir, HTS, yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra, bertanggung jawab atas berbagai kekejaman terhadap minoritas, termasuk eksekusi terhadap Alawit dan penculikan biarawati.

Sharaa sendiri merupakan mantan anggota Negara Islam Irak (ISI) yang kemudian berganti nama menjadi ISIS setelah melintasi perbatasan Suriah ke Irak pada tahun 2013.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas