Perwira Brigade Givati Israel Luka Parah, Cuaca Dingin Ekstrem Serang Gaza: 6 Bayi Membeku
Sementara suhu ekstrem menyerang, pertempuran terus berlanjut yang menyebabkan kematian dan luka-luka
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Perwira Brigade Givati Israel Luka Parah, Cuaca Dingin Ekstrem Serang Gaza: 6 Bayi Meninggal Kedinginan
TRIBUNNEWS.COM - Situasi peperangan di Jalur Gaza, Palestina diperparah oleh suhu dingin ekstrem yang melanda kawasan itu, Anews melaporkan, Senin (30/12/2024).
Sementara suhu ekstrem menyerang, pertempuran terus berlanjut yang menyebabkan kematian dan luka-luka, baik di kubu Tentara Israel (IDF) maupun di pihak Palestina, khususnya warga sipil Gaza.
Baca juga: Mayor Jenderal Tentara Israel: IDF Rugi Besar di Jabalia, Serbuan Berulang Tanpa Target Jelas
Dalam laporan perkembangan situasi di Jalur Gaza, laporan Anews menyatakan seorang perwira tentara Israel terluka parah dalam pertempuran di Gaza utara, Senin.
Mengutip pernyataan IDF, perwira Israel tersebut, dari Batalyon Tzabar Brigade Givati, mengalami luka serius pada pertempuran yang terjadi hari Minggu dan dievakuasi ke rumah sakit untuk perawatan medis.
Menurut angka yang dirilis oleh tentara Israel, setidaknya 824 tentara telah tewas dan 5.541 lainnya terluka sejak 7 Oktober 2023 ketika Tel Aviv melancarkan perang genosida yang menghancurkan di Gaza yang masih berlangsung.
Israel telah menewaskan lebih dari 45.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan menghancurkan daerah kantong itu menjadi puing-puing.
Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.
Gelombang Udara Dingin dan Hujan Memperburuk Penderitaan Warga Sipil di Gaza
Cuaca dingin , hujan dan badai memperburuk kondisi kehidupan warga sipil Palestina di Kota Gaza yang sudah tragis , kata otoritas kota pada hari Senin.
"Warga sipil yang mengungsi menderita kondisi yang sangat tragis akibat hujan dan badai dan tidak ada cukup kemampuan untuk membantu mereka," kata Pemerintah Kota Gaza dalam sebuah pernyataan.
(Gelombang dingin saat ini) menimbulkan bahaya bagi tenda-tenda usang milik para pengungsi," peringatannya.
Pihak berwenang mengatakan tim kota menghadapi kesulitan besar dalam membuang air hujan dan limbah karena kerusakan besar yang disebabkan oleh serangan Israel pada jaringan pembuangan limbah.
Pemerintah Kota Gaza mengimbau kelompok bantuan internasional untuk campur tangan guna menyediakan tempat berlindung bagi warga sipil Gaza di tengah cuaca dingin.
Daerah kantong Palestina tersebut telah dilanda gelombang dingin dan hujan deras sejak hari Minggu, yang membawa lebih banyak kesengsaraan bagi 2,3 juta penduduk wilayah tersebut.
Enam Bayi Membeku
Suhu dingin ekstrem yang melanda Gaza tersebut dilaporkan membuat tujuh warga sipil yang mengungsi , termasuk enam anak-anak , meninggal karena kedinginan.
"Mereka meninggal di Gaza akibat cuaca dingin yang ekstrem setelah dipaksa hidup dalam kondisi yang tidak sehat di tenda-tenda di tengah serangan Israel yang terus berlanjut," kata seorang pejabat setempat mengatakan kepada Anadolu.
"Enam anak dan seorang perawat kehilangan nyawa karena gelombang dingin dalam beberapa hari terakhir," kata Ismail Thawabteh , yang mengepalai kantor media pemerintah Gaza, pada Senin.
Ia memperingatkan kalau jumlah korban tewas dapat meningkat karena kondisi tragis saat ini di daerah kantong tersebut di tengah serangan gencar Israel.
"Kehidupan warga Palestina yang mengungsi benar-benar terancam di tengah hujan lebat dan gelombang dingin karena tenda-tenda mereka sudah usang dan tidak dapat melindungi mereka," kata Thawabteh.
Jalur Gaza telah dilanda gelombang dingin dan hujan deras sejak hari Minggu, membawa lebih banyak kesengsaraan bagi 2,3 juta penduduk wilayah tersebut.
Banyak warga sipil yang mengungsi tinggal di tenda-tenda darurat di tengah kondisi kehidupan yang semakin buruk akibat turunnya suhu. Keluarga-keluarga kekurangan kebutuhan dasar seperti pakaian, perlengkapan tidur, dan selimut, sehingga banyak bayi yang rentan terhadap dingin.
PBB mengatakan bahwa sembilan dari setiap 10 orang di Gaza telah mengungsi karena serangan Israel yang terus berlanjut.
Thawabteh menganggap AS, Israel dan pendukungnya bertanggung jawab atas memburuknya kondisi kemanusiaan di wilayah Palestina.
Ia meminta masyarakat internasional dan kelompok-kelompok bantuan untuk segera campur tangan guna menekan Israel "agar menghentikan perang genosida di Gaza dan menyelamatkan nyawa warga sipil."
Israel telah menewaskan lebih dari 45.500 orang di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Tel Aviv telah memberlakukan blokade yang menyesakkan terhadap Gaza, yang menyebabkan seluruh penduduk wilayah itu berada di ambang kelaparan.
Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.
(oln/anews/anadolu/*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.