TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menggunakan perangkat pribadi untuk urusan kantor sah-sah saja. Praktis, mungkin itu alasan utamanya. Di sisi lain, bos-bos pasti hepi karena tak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk memfasilitasi anak buahnya dengan perangkat pendukung kerja.

Terlepas praktisnya, tetap ada sisi minus yang mesti diketahui pekerja saat perangkat pribadinya ‘ikut dimiliki’ perusahaan. Yang paling kentara adalah bersiap sebagian memori dalam perangkat dialokasikan untuk data-data kantor.

Makin banyak data-data kantor yang disimpan, makin rakus pula memori yang dihabiskan. Alhasil, ruang penyimpanan untuk konten pribadi makin menciut.

Hermes Kresnandar, General Manager PT Malifax Indonesia, yang bekerja sama mengembangkan Samsung Knox, mengakui aplikasi Knox yang dibenamkan di perangkat pekerja bisa memakan ruang penyimpanan jika dibanjiri data-data kantor.

Situasi ini pastinya menuntut ‘keikhlasan’ pekerja lantaran perangkatnya menjadi barang ‘inventaris’ kantor. ”Dari sisi perusahaan, modal perangkatnya dari pekerja tapi dipakai untuk kepentingan perusahaan,” papar Hermes.

Situasi ini sebenarnya bisa diminimalisir jika perusahaan memberi fasilitas perangkat kepada pekerja. Selain bisa dipakai untuk keperluan pribadi, fasilitas ini juga bisa menambah loyalitas dan produktivitas pekerja.

Kebijakan ini sudah diterapkan CEO Yahoo Marissa Mayer yang meluncurkan program pengadaan smartphone bagi semua pekerjanya di Amerika Serikat. Mereka disodorkan beberapa perangkat pintar yang bisa dipilih seperti iPhone 5, (iOS), Samsung Galaxy S3, HTC One X, HTC EVO 4G LTE (Android), dan Nokia Lumia 920 (Windows Phone 8).

”Memang sih, sebaiknya diberi perusahaan dan Knox bisa jadi solusi keamanan data perusahaan di perangkat yang dipegang pekerja,” ucap Hermes.