Mahasiswa Widya Mandala Ubah Lumpur Jadi Biodiesel
Setelah saya eksplore, ternyata bahan bakar bisa diciptakan dari limbah.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari bahan fosil semakin hari kian menipis sehingga dibutuhkan bahan bakar alternatif seperti yang diciptakan Farrel Gunawan, Mahasiswa Teknik Kimia, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya (UKWMS) dengan mengolah lumpur aktif sisa pengolahan limbah pabrik menjadi biodiesel.
Ide mengolah lumpur limbah pabrik menjadi biodiesel muncul ketika Farrel melihat pemberitaan tentang kelangkaan bahan bakar minyak. Saat itu, dia berpikir untuk mengatasi permasalahan itu harus ada sumber energi alternatif.
“Setelah saya eksplore, ternyata bahan bakar bisa diciptakan dari limbah. Dan di sini saya langsung tertuju pada lumpur aktif yang ada di limbah pabrik karena lumpur ini banyak kandungan mikroorganisme-nya,”sebut pria kelahiran Surabaya, 27 Februari 1993 ini ditemui di kampusnya, Jumat (2/5/2014).
Farrel pun mencari pabrik yang bisa diambil limbahnya. Tujuan utamanya adalah unit pengolahan limbah industri pabrik minyak goreng di daerah Rungkut dan Karangpilang. Lumpur sisa pengolahan limbah minyak goreng dipilih karena kandungan mikroorganismenya cukup tinggi.
“Setelah saya coba di dua tempat itu, ternyata yang memungkinkan pabrik minyak goreng di Karangpilang,” aku anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Eric Gunawan-Thio Yulianty Christyo itu.
Farrel menggunakan lumpur aktif sisa pengolahan limbah yang masih basah kemudian dimasukkan dalam reaktor untuk dicampurkan dengan metanol dengan perbandingan 1:5.
Proses pencampuran dilakukan dalam suhu tinggi 175 hingga 215 derajat celcius selama delapan jam. Dari proses ini akan menghasilkan minyak dan lumpur aktif .
Setelah itu dilakukan pemisahan antara padatan (lumpur) dengan cairannya, namun saat itu cairannya masih terdiri dari bermacam-macam senyawa yang kemudian diekstraksi menjadi biodiesel dengan menggunakan pelarut heksana.
“Dari pelarutan ini biodiesel akan memisah dengan sendirinya. Sementara heksana diembunkan untuk dipakai pada proses berikutnya,” terang Farrel.
Larutan biodiesel inilah yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Dari 1 Kg lumpur kering aktif bisa didapat sekitar 200 Ml biodiesel yang memiliki kandungan metil ester.
2.000 Ml biodiesel dihasilkan dalam proses yang hanya berlangsung selama delapan jam.
Hal ini beralasan karena tidak memerlukan proses pengeringan lumpur karena dalam proses pembuatan biodiesel proses pengeringan memakan waktu paling lama.
Seperti biodiesel dari buah jarak yang membutuhkan waktu tiga hingga empat hari untuk proses pengeringan bahan bakunya. “Jadi ini lebih efektif dibandingkan biodiesel dari pohon jarak,”aku peraih IPK 3,93.
Selain waktunya yang singkat, biodiesel buatan Farrel juga efisien dalam pengadaan bahan baku karena hanya memanfaatkan lumpur limbah hasil produksi minyak goreng.