Sekolah Paksa Murid Jadi Buruh di Pabrik Komponen Hewlett Packard
Sekolah memaksa bekerja di pabrik komputer selama musim panas, atau diancam tidak lulus sekolah.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM - Walau perusahaan-perusahaan teknologi besar, seperti Apple dan Samsung telah berupaya untuk meningkatkan kondisi pekerja dan buruh pabrik-pabrik penyuplainya di Tiongkok, namun masalah klasik buruh di bawah umur terus saja berulang.
Seperti yang dilaporkan oleh The Wall Street Journal yang mendapati murid-murid di Tiongkok dipaksa oleh pihak sekolah untuk bekerja di pabrik pemasok komponen produk Hewlett Packard (HP).
Dalam laporan yang dipublikasi pada Rabu (24/9/2014) itu, murid-murid tersebut dipaksa sekolah mereka untuk bekerja selama 12 jam per hari, selama enam hari dalam seminggu.
Seorang murid yang berumur 16 tahun, yang tidak mau disebut namanya, mengatakan bahwa sekolah memaksa mereka untuk bekerja di pabrik komputer selama musim panas, atau diancam tidak lulus sekolah.
"Saya dipaksa untuk menghabiskan musim panas dengan bekerja membuat komputer atau saya tidak bisa lulus," ujar siswi dengan marga Xiao itu. "Saya seperti dipermainkan dan ditipu," imbuhnya. Selain dirinya, masih ada sekitar seribuan lagi siswa yang memiliki nasib yang serupa.
Tahun lalu, Tiongkok mendapat sorotan dunia karena sejumlah pabrik pemasok produk-produk elektronik besar di negara itu kedapatan mempekerjakan buruh yang masih di bawah umur.
Selain pelanggaran umur, pabrik-pabrik itu juga memaksa mereka bekerja melebihi batas jam kerja maksimal, dan fasilitas pabrik yang jauh dari layak.
Keadaan tersebut sampai membuat raksasa teknologi, Apple untuk memutuskan kerjasamanya dengan beberapa pabrik pemasok komponennya di Tiongkok.
Apple dan HP, beserta vendor-vendor besar lainnya, mengaku telah bekerjasama dengan para pabrik pemasok mereka agar memenuhi semua persyaratan dan hukum yang berlaku. Namun, pelanggaran tetap saja kerap terjadi.