15 Guru Berebut Gelar Pengajar Paling Inovatif se Dunia
Sebanyak 15 guru dari berbagai daerah bersaing dalam kompetisi Microsoft Innovative Educator Experts (MIEE).
Penulis: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 15 guru dari berbagai daerah bersaing dalam kompetisi Microsoft Innovative Educator Experts (MIEE). Tiga yang terbaik akan mewakili Indonesia bersaing dengan tenaga pendidik dari seluruh dunia.
Wakil Indonesia itu nantinya akan bersaing memperebutkan gelar guru paling inovatif sedunia di acara Microsoft in Education Global Forum yang akan diselenggarakan di Amerika serikat tepatnya di Redmond, Washington, 28 April sampai 1 Mei 2015 yang akan datang.
Kompetisi tahunan ini dijalankan secara online di website Microsoft educator network. Dimana guru diminta menyampaikan proses pembelajaran di kelas yang inovatif dengan berbasis teknologi yang sudah dijalankan yang dibuktikan dengan learning activity (RPP) foto dan video serta bukti pembelajaran lainnya. Dari learning activity itulah, tim seleksi MIEE memilih, program mengajar yang mana yang paling inovatif.
"Tujuan kompetisi ini mencari guru yang paling inovatif sedunia. Tentu pembelajaran inovatif yang berbasis teknologi," kata Obert Hoseanto, Partner in Learning Manager Public Sector Microsoft Indonesia, saat ditemui Tribunnews.com belum lama ini di Jakarta.
Lantas, apa yang akan didapatkan pemenang kompetisi MIEE? Dijelaskan Obert, para guru akan dapat piagam penghargaan sebagai guru inovatif. Selain itu kompetisi ini memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk dapat bisa bergabung di Microsoft Innovative Educator Experts.
"Dalam bentuk barang memang tidak ada, namun predikat guru paling inovatif yang bisa menikmati perjalanan ke Redmond Washington dan bertemu ratusan guru inovatif dari segala penjuru dunia merupakan sebuah kesempatan yang langka," jelas Obert.
Dari pertemuan itu, Obert mengatakan para guru akan mendapatkan oleh-oleh jauh lebih berharga daripada materi. Bekal ilmu yang akan mereka transfer ke anak didik cukup menggiurkan.
Bekal ilmu dari hasil pertemuan itu pun membuka wawasan para guru memberikan bahan ajar yang berkualitas sehingga harapannya, kelak Indonesia bisa mensejajarkan pendidikan dengan negara-negara lain yang lebih maju.
Microsoft sengaja memberikan kesempatan agar pendidik Indonesia bisa menaikkan daya saing dan mutu pendidikan. Perusahaan berbasis teknologi ini pun memberikan fasilitas program inovatif ini, apalagi saat ini diakui atau tidak era digital menuntut guru dan siswa melek teknologi.
Saat ponsel sudah menjadi kebutuhan, saat itulah teknologi tak lagi dianggap rumit. Guru pun tentunya bisa lebih kreatif menelurkan ide-ide kreatif agar bahan ajar yang mereka lempar pada siswa tidak lagi monoton hanya satu arah.
Ditambah lagi saat media sosial seperti facebook, instagram, path dan twitter sudah sangat akrab dengan anak didik, guru pun tak bisa hanya diam dan terpaksa tertinggal dengan kemajuan teknologi.
"Sekarang dengan melempar foto di instagram siswa bisa mendapat ilmu. Guru bisa memasukkan ilmu dengan teknologi yang sudah sangat akrab dengan anak didik. Artinya teknologi memang memudahkan proses belajar mengajar kan," ujar Obert mencontohkan.
Fenomena ini ditegaskan Obert, semakin menguatkan komitmen Microsoft komitmen untuk mengembangkan aplikasi pendidikan untuk Windows. Banyak aplikasi-aplikasi pembelajaran yang diberikan gratis oleh Microsoft. Guru tinggal memoles bagaimana agar kemudahan ini semakin tak menyulitkan para guru trasfer ilmu.
Mengalihkan Perhatian Siswa Galau Melalui Video
Kemudahan teknologi yang disediakan microsoft telah dibuktikan oleh alumnus kompetisi MEII. Tidak jarang, mereka bisa memecahkan masalah yang rumit saat pembelajaran.
Betty Sekarasih Hadi misalkan. Guru Bahasa Inggris di SMA Pembangunan IV Playen Gunung Kidul ini sempat miris dengan sarana dan prasarana yang sangat minim di sekolahnya. Namun, ini tak membuatnya patah arang. Betty memanfaatkan kemudahan dari aplikasi microsoft sehingga bisa membuat sekolahnya yang dulunya dianggap sekolah buangan, saat ini justru kebanjiran siswa.
Betty tercatat sebagai satu dari tiga wakil Indonesia Education Global Forum yang berlangsung padal 11-14 Maret 2014 di Barcelona, Spanyol. Betty mengikuti alur siswa-siswinya yang sangat mudah memanfaatkan ponselnya hanya untuk sekadar curhat, menumpahkan kegalauan di media sosial.
"Jadi, siswa-siswi saya itu banyak yang kalau di kelas cuma main hp, nulis status galau-galau di facebook. Saya pun berfikir bagaimana caranya mengalihkan perhatian mereka kemudian mengajaknya menyerap ilmu. Saya manfaatkan teknologi dengan sarana dan prasarana yang minimal, tapi alhamdulillah hasilnya maksimal," kata Betty kepada Tribunnews.com.
Betty pun menjalankan project best learning membuat video iklan wisata unggulan Gunung Kidul. Para siswa-siswi yang galau tadi pun dilibatkan, mulai merancang hingga menjadi model video.
Usaha keras Betty pun menunjukkan hasil. Betty bersama Saara dan Woro pun melaju ke kompetisi internasional. Tidak hanya berhenti sampai di kompetisi, sampai sekarang Betty masih menjalin komunikasi dengan guru-guru yang dulu jadi pesaingnya di MEII, saling bertukar ide bagaimana belajar Bahasa Inggris dengan mudah.
Lagi-lagi teknologi sederhana yang akrab digunakan remaja pun jadi medianya. English Club yang digagasnya membawa siswa-siswinya praktek berbahasa Inggris dengan pelajar di luar negeri. Dengan memanfaatkan video call skype, anak didik pun terlatih, tidak sekadar tahu teori.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.