Mengintip Kecanggihan Pesawat Intai Maritim Buatan Boeing, yang Jadi Incaran Menteri Susi
Boeing meracik MSA secara khusus untuk negara-negara yang membutuhkan pesawat intai maritim tanpa opsi untuk melancarkan perang antikapal
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Salah satu program Presiden Jokowi adalah mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, dan pilar kelima adalah soal kewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim.
Kebijakan ini diterjemahkan dengan sangat baik oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bawah menteri Susi Pudjiastuti, yang dengan tegas telah membentuk satgas untuk menangkap pelaku dan meledakkan puluhan kapal-kapal yang melakukan illegal fishing.
Dalam perkembangannya, dihadapkan dengan tantangan luasnya wilayah perairan Indonesia, terbetik rencana KKP untuk membeli pesawat intai maritim.
Dalam hal ini salah satu kandidatnya adalah Boeing Maritime Surveillance Aircraft (MSA) yang telah beranjangsana ke Indonesia dan dicoba langsung oleh Menteri Susi dan Menko Rizal Ramli pada Maret 2016.
Sejumlah alasan dikemukakan, seperti biaya operasional yang jauh lebih murah dibanding kapal perang, dan luas wilayah cakupan yang tentu saja lebih unggul bila menggunakan pesawat. Rencananya, pesawat akan dibeli KKP dan dioperasikan oleh TNI.
Menurut hitungan Menteri Susi, biaya operasional pesawat intai hanya 10% dari kapal perang, dan setahun bisa menghemat anggaran Rp 700 miliar.
Oleh karena itu, beliau mengajukan anggaran Rp 900 miliar dalam APBN-P yang kemudian ternyata dikritisi oleh DPR.
Kehebatan MSA
Sebelum sampai pada kesimpulan, ada baiknya bila kita menyimak sehebat apa sih Boeing MSA?
Boeing meracik MSA secara khusus untuk negara-negara yang membutuhkan pesawat intai maritim tanpa opsi untuk melancarkan perang antikapal selam ataupun permukaan, dengan biaya murah.
Untuk menciptakan platform MSA diinginkan, Boeing menggunakan pesawat bizjetBombardier Challenger 604/605 yang kemudian dimodifikasi oleh perusahaan Field Aviation agar mampu membawa seabrek perangkat sensor.
Kenapa memilih bizjet, jawabannya ada pada kemampuan dan durasi terbang.
Bombardier 604/605 yang ditenagai mesin GE CF34-3B mampu terbang selama 8 jam tanpa henti, cukup untuk keliling Indonesia.
Tampilan kokpit Boeing MSA yang canggih. Sumber gambar: espritdecorps.ca
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.