Di Australia Tengah Dirancang Pekuburan Alami, Jenazah Manusia Akan Berubah Jadi Kompos
"Apa pun yang masuk ke dalam tanah harus bisa melebur, jadi tidak ada lapisan plastik di peti mati ataupun bahan kimia di tubuh jenazah," kata dia.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah lokasi pemakaman 'alami' di mana jenazah manusia yang dimakamkan akan melebur bersama dengan perangkatnya, segera tersedia di sebuah tanah pertanian di dekat Kota Armidale, di New South Wales.
Sebuah studi dilakukan di lokasi yang berjarak sekitar 548 kilometer dari Sydney tersebut.
Studi kelayakan itu mencakup uji tanah, dan uji geologi di lahan seluas 16 hektar di Saumarez Ponds.
Pemakaman alami adalah pemakaman di mana peti mati yang digunakan akan melebur dengan tanah. Demikian pula kafan yang membungkus jenazah.
Sementara jenazah yang dikubur di sini tidak menggunakan cairan untuk pembeku (pengawet).
Dengan demikian, jenazah dan perangkat lain yang digunakan akan menjadi kompos dan bakal membuat subur kawasan tersebut.
Pemilik lahan pertanian tersebut Jane Pickard sedang berusaha untuk menanam pepohonan di lahan tersebut.
Sebelumnya, areal tersebut dijadikan lokasi untuk ternak yang merumput.
"Apa pun yang masuk ke dalam tanah harus bisa melebur, jadi tidak ada lapisan plastik di peti mati ataupun bahan kimia di tubuh jenazah," kata dia.
"Saya selalu mengatakan kepada anak-anak saya bahwa saya ingin jenazah saya menjadi kompos ketika saya meninggal nanti. Karena saya tidak paham mengapa kita harus menyediakan lahan yang luas yang tidak akan bisa digunakan untuk keperluan lain," sambung dia.
Pickard lalu bekerjasama dengan sebuah lembaga pedesaan dan regional berkelanjutan, Starfish Initiatives, membuat proyek "Earth Funerals".
Lokasi pemakaman ini bakal mengambil tempat sekitar dua hektar di lahan miliknya.
Tidak akan ada batu nisan di lokasi pemakaman ini, dan tiap kuburan hanya diberi tanda yang sederhana.
"Ini akan memberikan kesempatan kepada kita semua untuk memilih cara yang alami dan tidak mahal untuk dimakamkan dan dikenang." kata Packard lagi.