Ini Sebabnya Kanker Prostat Dijuluki Si Pembunuh Diam-diam
Inilah penyebab kanker prostat sering disebut sebagai 'Silent Killer' alias Si Pembunuh diam-diam.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kanker prostat merupakan penyebab kematian akibat kanker ketiga terbesar pada pria setelah kanker paru dan kanker usus besar.
Pada stadium lanjut, penyakit ini bisa menyebar ke bagian tulang, terutama tulang panggul dan tulang belakang, dan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
Biasanya kanker prostat tumbuh secara perlahan dan tetap bertahan dalam kelenjar prostat dengan tidak menimbulkan masalah serius.
Tetapi beberapa bentuk kanker prostat dapat bersifat sangat agresif dan menyebar ke bagian tubuh lain.
“Kanker prostat merupakan jenis yang paling sakit, dibanding yang lain. Penderitanya bisa teriak, terutama jika ingin buang air kecil,” kata pakar onkologi medik, Dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP.
Mengapa tulang menjadi bagian tubuh yang dituju, belum diketahui dengan pasti. Setelah kanker menyebar, biasanya penderita akan mengalami anemia.
Selain itu kanker prostat juga bisa menyebar ke otak dan menyebabkan kejang serta gejala mental. Pada tahap ini risiko kematiannya sangat tinggi.
"Oleh sebab itu kanker prostat sering dikatakan sebagai pembunuh yang datang diam-diam tanpa gejala," kata Prof.Rainy Umbas, spesialis bedah urologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Cara paling efektif untuk merawat kanker kelenjar prostat yang belum menyebar adalah dengan pengangkatan kelenjar lewat pembedahan (prostatektomi radikal). Pilihan terapi lainnya adalah radiasi atau pun terapi hormon menggunakan obat-obatan yang mempu menghentikan produksi hormon pria oleh tubuh.
Saat ini juga telah dikembangkan obat baru untuk pasien yang sudah tidak mempan terapi hormon dan kankernya sudah menyebar.
Meski teknologi pengobatan sudah semakin baik, namun menurut Aru yang paling tepat adalah melakukan pencegahan. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan rutin, terutama pada pria yang berusia di atas 50 tahun. Tetapi pada pria yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini, disarankan untuk memeriksakan diri di usia 40 tahun.
"Penderita yang masih dalam ikatan keluarga dikhawatirkan memiliki pola hidup dan kebiasaan yang sama sehingga, faktor risiko yang dimiliki lebih besar," katanya.
Untuk mendeteksi kanker bisa dengan pemeriksaan colok dubur. Pemeriksaan ini dapat memberi kesan keadaan otot anus, lapisan lendir mulut anus, dan kelainan lain seperti benjolan dalam prostat.
Roshma Widiyani/ Lusia Kus Anna