Kejang Belum Tentu Gejala Epilepsi
Tapi apakah semua kejang adalah tanda epilepsi? Belum tentu. Bagaimana mengenalinya?
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epilepsi termasuk jenis penyakit yang paling sering menyerang anak.
Menurut data Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia pada tahun 2012, dari 1,8 juta penderita epilepsi aktif di Indonesia, hampir 100 ribunya adalah anak-anak.
Untuk itu penting buat Anda para orang tua mengetahui seluk beluk soal epilepsi, mulai dari jenis, gejala dan cara penanganannya.
Perlu diketahui dulu, epilepsi adalah murni gangguan organik atau penyakit bukanlah sebuah kutukan sebagaimana persepsi masyarakat umum. Penyakit ini juga tidak menular dan hampir semuanya bisa diobati. Demikian penuturan dr.Gea Pandhita S, M.Kes, Sp.S, dokter spesialis saraf dari RS Islam Pondok Kopi dalam talkshow Edukasi, Kesehatan Waspada Epilepsi pada Si Kecil, RS Pondok Kopi, Kamis (27/6/2013).
Menurut kacamata medis, epilepsi adalah manivestasi klinik pada tubuh yang terjadi akibat aliran listrik sekelompok sel saraf (neuron) dalam otak tidak normal dan berlebihan.
"Otak memiliki milyaran sel saraf. Supaya bisa berkomunikasi satu sama lain, maka terjadilah aliran listrik yang kecil. Tegangannya tidak besar hanya dalam mikro volt. Nah, bila aliran listriknya tidak normal atau seimbang, terjadilah epilepsi," ujar dr.Gea.
Gejala epilepsi atau bangkitan epilepsi (epileptic seizure) terbagi menjadi beberapa kondisi yaitu partial seizure, general tonic clonic seizure, tonic seizure, absence seizure. Mudahnya, gejalanya mulai dari kejang-kejang, terkejut, anak tiba-tiba melamun atau tubuh kaku sementara.
"Gejalanya tergantung saraf apa yang terganggu aliran listriknya. Misal, kalau motorik, tangannya kejang. Jika sensorik, anak tersebut tiba-tiba melamun sementara," kata dia.
Tapi apakah semua kejang adalah tanda epilepsi? Belum tentu. Dijelaskan dr.Gea, kejang sebagai epileptic seizure terjadi berulang, berselang 24 jam dan stereotipik.
"Stereotipik contohnya, hanya tangan saja yang kejang. Jika 24 jam kemudian yang kejang bukan tangan lagi melainkan kaki, ini tidak stereotipik dan bukan epilepsi," jelas dia.
Biasanya kejang diawali tubuh yang menegang, lalu mulai mengejang. Kondisi ini berlangsung 1 sampai 3 menit. Paling lama 5 menit.
"Yang jelas kejang terjadi secara spontan tanpa provokasi dari penyakit lain seperti demam," lanjut dia.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penderita epilepsi dapat diobati. "Lebih cepat, lebih baik, supaya tidak menjalar ke saraf lainnya," ujar dia.