Ini Strategi BKKBN Menekan Angka Kematian Ibu Melahirkan
Ini strategi BKKBN dalam menekan angka kematian ibu melahirkan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menekan kematian ibu melahirkan, salah satu kuncinya adalah pengguna kontrasepsi harus mencapai angka 65 persen dari rata-rata wanita usia subur.
Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Sudibyo Alimoeso mengatakan, jika target itu tercapai akan mempengaruhi rata-rata anak lahir atau Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,1.
"Kalau pemakai kontrasepsi dapat ditingkatkan, angka kematian ibu akibat melahirkan (MMR) diharapkan dapat diturunkan. Ini juga awal dimulainya penduduk tumbuh seimbang," ungkap Sudibyo kepada wartawan di Jakarta, Senin (15/7/2013).
Pemerintah menargetkan tahun 2015 angka kematian ibu melahirkan sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun 2007 lalu, angkanya berada dalam kisaran 228 per 100.000 kelahiran hidup.
BKKBN sampai masih belum memenuhi target TFR seperti yang diharapkan. Laporan penggunaan kontrasepsi di Indonesia kalah jauh dibandingkan negara di ASEAN seperti Malaysia dan Singapura.
"Saat ini situasinya memang masih belum memuaskan, dan memerlukan kerja keras dan kerja cerdas untuk mencapai target tersebut, agar Indonesia dapat mencapai seperti negara tetangga," ujarnya.
Mengacu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, kinerja program KB selama lima tahun (2007-2012) cenderung jeblok. TFR tahun 2012 mencapai 2,6, padahal tahun 2007 sempat mencapai angka 2,4 per perempuan usia subur.
BKKBN terus mendorong masyarakat agar menggunakan kontrasepsi yang bersifat jangka panjang dibandingkan dengan pil atau suntik. Pasalnya, alat kontrasepsi jangka panjang dinilai lebih efektif dan menguntungkan dari sisi keuangan.
"Secara ekonomis memang metode jangka panjang baik IUD atau kontrasepsi implant jauh lebih murah dan hemat, bagi pasangan usia subur yang gampang lupa saya anjurkan memakai cara ini, agar tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan," kata Sudibyo.
Eko Sutriyanto