Jangan Malu Kalau Mengidap Bipolar, Sederet Selebriti Ini Juga Mengalami
Kalau Anda mengidap gangguan kejiwaan bipolar, tidak perlu malu! Karena sederet selebriti ini juga mengalaminya.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Bipolar (GB), sejenis gangguan kejiwaan, dapat dialami oleh siapa saja, tak terkecuali kaum selebritas dan tokoh dunia.
Seperti yang disebutkan dr. AAA Agung Kusumawardhani, SpKJ (K), beberapa tokoh yang diketahui mengidap GB di antaranya pelantun "Nothing Compares" Sinead O'Connor, penulis Ernest Hemingway dan Sidney Sheldon, serta pelukis Van Gogh.
"Sinead bahkan tak malu mengatakan kepada media dia menderita bipolar. Dia juga berbagi bagaimana pengobatan membantunya merasa lebih baik dan nyaman," tutur Agung dalam seminar media "Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia 2013: Mental Health in Older Adults" di Hotel Gran Melia, Jakarta, Rabu (2/10/2013).
Agung mengatakan keterbukaan Sinead itu setidaknya dapat memberikan pencarahan kepada masyarakat bahwa GB bukanlah tipe gangguan kejiwaan yang harus disembunyikan dan dijadikan aib.
"Karena selama ini pengidap GB selalu distigma oleh masyarakat, bahkan oleh keluarga sendiri. Mereka takut dikucilkan dan sehingga tidak mendapatkan pengobatan yang layak. Beberapa kasus yang sering terjadi, mereka dipasung di rumah dan disembunyikan," ungkap Agung.
Bila tidak diobati, GB akan berakibat fatal. Salah satu dampak terburuk adalah kematian karena penderita GB sangat berisiko tinggi terhadap penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, serta pencobaan bunuh diri.
Menurut Agung, masyarakat harus diberi edukasi soal GB, mulai dari gejala hingga penanganannya, termasuk cara mengajak kerabat dan anggota keluarganya yang memiliki kecenderungan gejala GB untuk berobat.
"Tidak mudah memang untuk mengajak dan meyakinkan mereka berobat," kata Agung.
Gangguan bipolar (GB) adalah salah satu jenis gangguan kesehatan jiwa yang masuk dalam kategori mood disorder atau gangguan suasana perasaan (mood).
Penderitanya mengalami gejolak mood yang tidak stabil, suatu saat berada di episode yang mania atau bahagia berlebih, lalu tiba-tiba mengalami episode depresif.
GB bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala gangguan mood seperti mania, hipomania, depresi atau campuran, dan berlangsung seumur hidup. Pengobatan dilakukan untuk mengendalikan mood agar tetap stabil.
Tidak diketahui penyebab pasti GB, namun ada beberapa faktor risiko di antaranya faktor genetik, lingkungan, pekerjaan, dan komordibitas penyakit tertentu seperti ginjal, diabetes dan kanker.
Menurut data yang dipaparkan Agung, prevelensi GB di seluruh dunia adalah 1,6 persen dari populasi dunia.