Penderita Kanker Tak Bisa Kemoterapi Karena Rumah Sakit Kehabisan Obat
Selama dua minggu ini, penderita kanker payudara itu terus merintih kesakitan akibat tidak bisa melakukan kemoterapi.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Nasib menyedihkan dialami Nurhayati (46). Selama dua minggu ini, penderita kanker payudara itu terus merintih kesakitan akibat tidak bisa melakukan kemoterapi.
Pasalnya, RSUD Ulin tidak memiliki obat untuk kemoterapi karena belum bisa membayar ke pemasoknya.
Kondisi itu tidak hanya dialami Nurhayati. Para peserta Jamkesprov (Jaminan Kesehatan Provinsi) yang mengalami nasib seperti Nurhayati, juga tidak bisa melakukan kemoterapi secara gratis di rumah sakit terbesar di Kalselteng itu.
"Setiap hari ibu selalu merintih menahan sakit. Tidak bisa tidur," kata anak sulung Nurhayati, Ari Noor Mouhat kepada Banjarmasin Post (Tribunnews.com Network), Kamis (14/11/2013).
Menurut warga kawasan Sungai Andai, Banjarmasin ini, sebelum menjalani tindakan akhir (operasi), sang ibu harus melakukan kemoterapi sebanyak enam kali sesuai jadwal yang sudah ditentukan dokter yang menangani.
Kemoterapi itu, menurut Nurhayati kepada Ari, bisa mengurangi rasa sakit di dadanya. "Saya kasihan sekali melihat ibu. Kondisinya sangat parah. Payudaranya yang terkena kanker sudah sangat bengkak," kata Ari sembari mengaku harus `istirahat' bekerja karena mendampingi ibunya.
Diungkapkan Ari, seminggu sebelum jadwal kemoterapi, dirinya mendatangi RSUD Ulin untuk memastikan pelaksanaannya. Dia langsung terkejut saat staf rumah sakit mengatakan kemoterapi terpaksa untuk sementara tidak bisa dilakukan karena persediaan obatnya sedang kosong.
"Seharusnya ibu saya menjalani kemoterapi pada Kamis (31/10) lalu. Tetapi sampai sekarang tidak bisa karena obatnya tidak ada. Saya hampir setiap hari ke RSUD Ulin. Terus menanyakan persediaan obat untuk kemoterapi. Petugasnya selalu mengatakan belum ada obatnya," kata Ari yang saat ditemui koran ini mengaku baru datang dari rumah sakit itu.
Menurut dia, ada keinginan dari keluarga untuk membawa Nurhayati melakukan kemoterapi di rumah sakit-rumah sakit swasta. Namun, keterbatasan biaya membuat mereka hanya bisa menunggu dan berdoa agar ketersediaan obat di RSUD Ulin, segera terpenuhi.
"Kami bukan orang kaya. Kami tidak bisa membawa ibu ke rumah sakit swasta karena tidak memiliki biaya yang cukup. Selama ini kami mengandalkan bantuan dari Jamkesprov," ucap Ari.
Informasi serupa diperoleh dari beberapa pengirim pesan ke Hotline BPost (Tribunnews.com Network). "Apalah RSUD Ulin tidak mampu menyediakan obatnya. Kasihan pasien seperti orangtua saya yang tiap hari harus menahan rasa sakit," pengirim SMS dari ponsel bernomor 0812515XXXX.
Keluhan juga disampaikan warga Banjarmasin, Imung. Dia mengungkapkan salah seorang kerabatnya, terpaksa berutang agar bisa melakukan kemoterapi di salah satu rumah sakit swasta.
"Katanya, di RSUD Ulin tidak bisa melakukan kemoterapi. Karena tidak kuat menahan sakit, dia berutang ke beberapa kerabat. Kasihan dia, suaminya bekerja serabutan. Kalau obatnya tidak segera ada, bisa jadi dia akan berutang lagi," katanya.
Kabarnya, obat untuk kemoterapi yang tidak ada di RSUD Ulin itu bernama Paxus.
"Kata kerabat saya, nama obat yang tidak ada di sana itu, Paxus. Apakah harus menggunakan obat itu? Tidak ada obat lain sehingga tidak sampai kosong. Masak rumah sakit sebesar itu tidak bisa menyediakan obat. Kasihan pasien kalau caranya begitu. Sakitnya bisa bertambah parah," tegas Imung.
Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Hukum dan Informasi RSUD Ulin, Firmansyah membenarkan kondisi tersebut. Hal itu terjadi karena adanya kendala pembayaran kepada penyedia atau pemasok obat.