Amati Tumbuh Kembang Anak, Jangan Lewatkan Periode Kritis dan Sensitif
TERDAPAT dua faktor kunci keberhasilan sebagai pembentuk cerdas berperilaku dan berperilaku cerdas saat tumbuh kembang anak.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - TERDAPAT dua faktor kunci keberhasilan sebagai pembentuk cerdas berperilaku dan berperilaku cerdas pada anak saat buah hati kita tengah mengalami tumbuh kembang.
Untuk membentuk poin pertama dan kedua dibutuhkan asupan nutrisi dan juga stimulasi dari orangtua dan lingkungan.
Nutrisi dan stimulasi yang seimbang, merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seribu hari pertama kehidupan anak atau sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun merupakan periode kritis yang menjadi penentu tumbuh kembang otak anak.
Pada masa ini sirkuit otak tumbuh dan terbentuk nyaris sempurna hingga disebut sebagai window of opportunity. Namun untuk membentuk anak berperilaku cerdas dan cerdas berperilaku periode kritis dan periode sensitif harus beriringan.
"Periode sensitif adalah masa saat otak masih sangat reponsif terhadap rangsangan dari luar. Periode ini dimulai pelan-pelan sampai puncak. Artinya, kalau anak tidak mendapatkannya di awal, ia masih bisa mendapatkannya di akhir periode," kata pakar tumbuh kembang, Ahmad Suryawan.
Setiap kemampuan anak memiliki periode sensitifnya masing-masing, misalnya periode sensitif duduk, berjalan, dan seterusnya berlangsung pada enam tahun pertama usia anak. Dan pada 2 tahun pertama periode sensitif, terdapat sebuah masa yang dikenal dengan periode kritis.
Periode kritis merupakan puncak dari pereode sensitif. Seperti gunung, anak tidak mendapatkan stimulasi saat pereode ini maka ada alternatif lain. Artinya ketika tidak mendapatkan stimulasi mereka sudah tidak ada waktu lagi. Ini hanya terjadi seumur hidup dan hanya terjadi sekali saja.
Artinya jadi perilaku anak seharusnya dibentuk sejak awal, kalau orangtuanya kebablasan atau telat walaupun diulang di usia kapanpun enggak akan tercapai. Misalnya periode kritis bagaimana anak mengenali ortunya, misalnya anak lahir harus disampaikan mana tante, ibu, embok.
"Perilaku pengenalan ortu periode kritis dan itu terjadi saat awal-awal kelahirannya, sehingga seorang ibu melakukan inisiasi ASI dini, jadi enggak bingung. Ada anak yang beruntung, misalnya ibunya harus bekerja sehingga anak dititipkan ke embahnya, bagi anak embah itu ibunya karena diotaknya menstimulasi," katanya.
Anak yang berusia di bawah setahun mempunyai melihat, mendengar, meraba, maka jika mempunyai anak di bawah setahun rajin memperlihatkan sesuatu, mendengarkan dan berikankan sesuatu yang diraba menstimulasi.
"Jika mempunyai anak yang kedua matanya dua sehat, tapi tidak pernah ditunjukkan sesuatu bisa menyebabkan mata anak tidak normal. Mendengar juga gitu, kemampuan ini membentuk empat kemampuan dasar bagaimana meloncat, bagaiamana menulis, berbicara ferbalnya dan bagaiaman buka dan gunakan bajunya," katanya. (Eko Sutriyanto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.