Fakta dan Mitos Soal Ketidaksuburan Wanita
Inilah mitos dan fakta tentang ketidaksuburan kaum wanita.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Ada banyak mitos yang berseliweran mengenai infertilitas. Jangan asal percaya sebelum membaca penjelasan dokter kandungan RSUP Fatmawati Jakarta dr Malvin Emeraldi, SpoOG, berikut ini.
Sebelum membahas soal mitos, tahukah Anda apa itu infertilitas? Dr Malvin menjelaskan infertilitas sebagai kegagalan memperoleh kehamilan setelah melakukan hubungan suami-istri minimal 2 kali setiap minggu tanpa menggunakan kontrasepsi selama 1-2 tahun.
Ada banyak hal yang memengaruhi infertilitas, begitu juga dengan mitos yang mengikutinya. Berikut mitos dan penjelasan fakta infertilitas menurut dr Malvin.
1. Ketidaksuburan adalah masalah wanita.
Tidak juga, karena ternyata 35% masalah infertilitas berasal dari pria (penyebab lainnya: 5% masalah kesehatan lain, 10% masalah ketidaksuburan yang tidak dapat dijelaskan, 15% masalah tuba dan pelvik, 15% disfungsi ovulasi).
2. " Saya masih muda, jadi pasti masih subur dan tidak ada masalah untuk punya anak”
Usia memang menentukan kondisi fertilitas seseorang. Namun, usia muda tidak lantas menjadi jaminan bahwa orang itu PASTI mendapatkan keturunan.
Dijelaskan dr Malvin, wanita yang berusia 20-24 tahun juga masih memiliki kemungkinan keguguran/kegagalan kehamilan hingga 10%. Dan wanita yang berusia di atas 35 tahun masih memiliki kemungkinan memiliki anak sebesar 20%.
Ini membuktikan, usia muda bukanlah satu-satunya indikator kesuburan wanita. Untuk mengetahuinya, harus melewati beberapa proses pemeriksaan terlebih dahulu.
3. "Saya sudah pernah punya anak, jadi pasti mudah mendapatkan anak kedua."
Meski sudah memiliki anak (pertama), tidak semua wanita mudah mendapatkan anak kedua. Semua perlu dilihat dari usia (terlalu tua atau tidak), adanya kemungkinan infeksi, trauma paska persalinan pertama, dan adanya endometriosis (kista) atau tumor (mioma) saat hamil anak kedua.
Kata dr Malvin, kista kadang bisa timbul di kehamilan anak kedua. Dan selama masih haid, mioma masih bisa berkembang.
4. Kegemukan tidak memengaruhi infertilitas.
Wanita berbadan berat dan belum juga memiliki keturunan sering mengatakan kalau masalah berat badannya tidak ada hubungannya dengan belumnya ia memiliki anak. Ternyata, kata dr Malvin, jika seseorang tubuhnya terlalu gemuk atau terlalu kurus ada kemungkinan orang itu mengalami infertilitas.
5. Stres menyebabkan infertilitas.
Yang terjadi adalah, gangguan kesuburan lah yang menyebabkan stres, bukan stres yang menyebabkan gangguan kesuburan.
6. Mengadopsi anak bisa “memancing” kehamilan.
Dr Malvin menjelaskan, angka kehamilan setelah mendapatkan terapi kesuburan tidak berbeda jauh antara setelah adopsi dan tidak adopsi (10-15 persen). Jadi, adopsi anak tidak ada hubungannya dengan fertilitas. Jadi, masihkah Anda percaya mitos di atas?
Ester Sondang