Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kasus Siloam, Kemungkinan Obat Tertukar Saat Produksi Sangat Kecil

Kematian dua pasien di Rumah sakit Siloam Karawaci, Tangerang, mendapatkan respon dari praktisi farmasi.

Penulis: Sanusi
zoom-in Kasus Siloam, Kemungkinan Obat Tertukar Saat Produksi Sangat Kecil
kompas.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kematian dua pasien di Rumah sakit Siloam Karawaci, Tangerang, mendapatkan respon dari praktisi farmasi.

Praktisi farmasi sekaligus Mantan Ketua Umum Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), Ahaditomo, menilai peristiwa tersebut kecil kemungkinan akibat terjadinya mix up di proses produksi obat.

"Dalam sistem proses produksi, sudah ada SOP yang baku. Mulai dari bahan baku hingga jadinya obat," ujarnya saat dihubungi, Rabu (25/2/2015).

Menurut dia, dengan adanya SOP yang ketat, hasil produksi yang keluar dari pabrik sudah memiliki jaminan mutu dan sudah sesuai kemasan.

Menurutnya, cara pembuatan obat yang baik (CPOB) yang telah diatur oleh negara sekaligus berstandardisasi Internasional, membuat pengawasan kualitas menjadi amat ketat dan berlapis. Menurutnya yang harus diperiksa apakah surat pembelian obat dilakukan oleh apoteker dan tempat penyimpanan obat harus persis sama seperti dipabrik untuk menjaga kualitas.

"Nah, di rumah sakit apakah hal tersebut dilakukan? Kalau dalam proses produksi, saya jamin itu memenuhi semua persyaratan," tambahnya.

Saat ditanya mengenai kemungkinan tertukarnya isi kandungan obat saat proses produksi ia mengatakan dalam teknologi produksi itu tidak mungkin, "Kemungkinan itu masuk kategori ajaib," tambahnya.

Berita Rekomendasi

Ahaditomo mengutarakan, soal SOP obat dari gudang rumah sakit menuju tempat yang memerlukan, seperti ruang bedah, harusnya ada catatannya, "Namun soal SOP ini tergantung rumah sakit," tambahnya.

Untuk menjaga distribusi, idealnya ruang penyimpanan obat harus dipimpin oleh apoteker dan ada catatan saat obat akan keluar, dari situ lanjutnya, dapat ditelusuri asal muasal obat.

Lebih lanjut, praktisi farmasi ini juga menilai adanya kejanggalan pada kasus tersebut mengingat bunavest spinal telah diproduksi selama tujuh tahun dan belum pernah terjadi peristiwa seperti itu.

"Dan kemungkinan tertukarnya isi kandungan obat dalam proses produksi sungguh mustahil," jelasnya.

Menurut dia, pabrik, distribusi dan rumah sakit harus diperiksa lebih detail untuk mendapatkan keterangan yang komprehensif. Tak hanya itu, jelasnya, rumah sakit juga harus mengungkapkan lalu lintas obat.

“Karena setelah masuk pelayanan (rumah sakit), kita tidak tahu lagi. Apa tempat penyimpanannya memenuhi syarat, kita tidak tahu," paparnya.

Ia juga mengingatkan pemerintah agar lebih serius memperhatikan obat, karena obat bukan sekedar komoditas, namun terdapat isi dan kandungannya yang terkait dengan hidup mati seseorang.

Sementara itu, anggota DPR Komisi IX, Ali Taher, mengatakan pihaknya tengah menyelidiki penggunaan obat di dalam ruang operasi, "Akan kita lihat apakah ada SOP yang dilewati. Perbedaan ukuran ampul yang ditemukan di rumah sakit juga kami pertanyakan," ujarnya saat dihubungi, Rabu (25/2).

Terkait pernyataan kecil kemungkinan tertukarnya kandungan obat dalam proses produksi, Ali mengatakan hal tersebut juga sedang diselidiki, "Intinya tugas DPR adalah mengawasi dan investigasi rumah sakit produsen obat," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas