Oh Ternyata Kurang ataupun Kebanyakan Tidur Sama Efeknya
Sayangnya, kebanyakan tidur atau kurang tidur, keduanya bisa merusak siklus tidur seseorang yang akhirnya berpengaruh pada kesehatan.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM - Bangun dari tidur malam yang hanya berlangsung selama 4 jam bisa saja membuat Anda merasa kacau menjalani hari.
Mengantuk, lelah, kurang konsentrasi, menjadi tanda awal kalau tubuh kurang mendapat istirahat.
Anda lantas berniat untuk menghapus kekacauan tadi dengan tidur melebihi 8 jam tidur yang direkomendasikan.
Hasilnya, Anda hanya akan merasa lelah seperti hari sebelumnya.
Tidur lebih lama dari 8 jam tampak ideal, khususnya bagi seseorang yang merasa kekurangan jam tidur akibat banyaknya aktivitas.
Atau, Anda merasa punya banyak waktu untuk bersantai sehingga akhirnya memutuskan untuk tidur sepanjang hari.
Sayangnya, kebanyakan tidur atau kurang tidur, keduanya bisa merusak siklus tidur seseorang yang akhirnya berpengaruh pada kesehatan fisik maupun psikologis.
Saat seseorang tidur berlebih, akan terjadi perubahan jam biologis yang menghasilkan perubahan fisik, mental, serta prilaku.
Beberapa penelitian menunjukkan, orang yang bangun kesiangan misalnya, dapat mengalami sejumlah efek samping seperti pusing sepanjang hari, sering mengantuk, serta kelelahan yang tak jelas penyebabnya.
Para peneliti beranggapan, terlalu banyak tidur memiliki efek pada neotransmitter dalam otak, terutama serotonin.
Saat kebanyakan tidur menjadi sebuah “kebutuhan”, maka kondisi tersebut bisa mengarah pada kondisi medis yang disebut hipersomnia.
Gejalanya, walau sudah mendapat tidur cukup saat malam, namun masih saja merasa kelelahan dan mengantuk di siang hari.
Komplikasi kesehatan jangka panjang yang mungkin ditimbulkan antara lain sakit punggung bagian bawah, diabetes, stroke, bahkan penyakit jantung.
Sedang untuk komplikasi secara psikologis bisa berupa kecemasan, kurang bergairah, hilang nafsu makan, penurunan memori, serta emosi yang tidak stabil.