Kecemasan yang Tidak Tertangani Picu Depresi dan Gangguan Jiwa
Masalah gangguan kecemasan (Anxiety) masih dianggap serbagai gangguan mental emosional yang dianggap masih biasa.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masalah gangguan kecemasan (Anxiety) masih dianggap serbagai gangguan mental emosional yang dianggap masih biasa.
Padahal kecemasan yang berlangsung terus menerus hingga mengganggu kehidupan pribadi dan sosial maka yang bersangkutan terdianognis alami gangguan kecemasan.
Pakar Kesehatan Jiwa, Danar mengatakan, gejala gangguan cemas banyak dialami oleh manusia jaman sekarang, baik sadar maupun tidak.
"Lingkungan yang dinamis, gaya hidup kaum urban yang serba cepat, pemanasan global memicu seseorang menjadi mengalami kecemasan," kata Danar saat Pfizer Press Circle (PPC) bertema Mengendalikan Kecemasan untuk Hidup Lebih Berkualitas” di Jakarta, Selasa (11/11/2015).
Kecemasan merupakan masalah yang berkaitan dengan timbulnya gejala-gejala sistem saraf otonom di dalam tubuh.
"Situasi ini diperparah dengan kondisi spesifik yang berkaitan dengan orang tersebut, seperti faktor genetik bawaan," katanya.
Biasanya kecemasan itu ditandai dengan dua komponen gejala yaitu gejala fisik dan gejala psikologis.
Gejala fisik, biasanya ditimbulkan oleh tubuh seperti jantung berdebar, diare, pusing, berkeringat dingin, sesak napas, mual dan lain-lain.
Sementara gejala psikologis, seperti perasaan khawatir, was-was, gugup atau ketakutan.
Di tempat yang sama, psikiater dari Klinik Psikosomatik Rumah Sakit OMNI Alam Sutera Tangerang
dr. Andri, SpKJ, FAPM mengatakan, gejala kecemasan terjadi pasien dengan diagnosis gangguan jiwa lainnya seperti Gangguan Depresi.
Gejala cemas pada depresi meningkatkan kemungkinanan bunuh diri, berkurangnya kemampuan fungsional di pekerjaan, respon yang kurang baik dari terapinya.
"Jika kecemasan tidak ditangani dengan baik, maka dapat berakibat depresi atau gejala gangguan jiwa lainnya," kata dr. Andri.
Kasus-kasus gangguan jiwa seperti cemas dan depresi bisa disembuhkan tapi pasien harus menunggu terlalu lama untuk datang ke pelayanan kedokteran jiwa.
"Padahal jika diagnosis yang tepat dan cepat, kualitas hidup pasien bisa diperbaiki," kata dr. Andri.
Disebutkan terapi pada praktek psikiatri bisa dengan menggunakan obat atau psikofarmakologi dan dengan tanpa obat atau dengan cara psikoterapi.
"Kombinasi dari terapi psikofarmakologi dan psikoterapi dapat diterapkan bersamaan kepada pasien yang mengalami masalah gangguan jiwa,” katanya.
Dalam pengobatan gangguan cemas dapat menggunakan obat antidepresan golongan SSRI (Serotonin Selective Reuptake Inhibitor) dan golongan benzodiazepin seperti Alprazolam.
Namun, perlu diperhatikan bahwa obat-obatan golongan tersebut harus dibawah pengawasan dokter ahli untuk mendapatkan dosis dan pengobatan yang tepat.