Wah Berdasar Penelitian Satu dari Tiga Pria Sehat Terkena Diabetes
Pradiabetes, terkadang disebut gangguan metabolisme glukosa, tidak mempunyai gejala yang jelas.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM - Hampir setengah dari orang berusia 45 tahun akan terkena apa yang biasa disebut pradiabetes, tingkat gula darah tinggi, yang sering mengawali diabetes.
Pradiabetes, terkadang disebut gangguan metabolisme glukosa, tidak mempunyai gejala yang jelas.
Meski begitu, mereka yang kadar gula darahnya tinggi harus melakukan cek darah rutin untuk diabetes setiap satu atau dua tahun.
Menurut penelitian berskala besar dari The Netherlands, satu dari tiga orang dewasa sehat akan terkena diabetes dalam hidupnya.
Para peneliti dari Erasmus University Medical Center di Rotterdam dan Harvard School of Public Health di Boston menggunakan data jangka panjang pada sekitar 10 ribu orang dewasa di Belanda, termasuk rekaman medis, surat-surat dari rumah sakit, data keluaran apotek, dan Puasa pengukuran gula darah.
Mereka memantau orang-orang tersebut sekitar 15 tahun, mengelompokkan tingkat gula darah mereka berdasarkan standar WHO.
Tingkat gula darah sekitar 6 milimol per liter (108 miligram per desiliter) atau lebih rendah dinyatakan normal atau sehat.
Tingkat di atas 6 milimol per liter dan di bawah 7 milimol per liter (108-128 mg/dl) dinyatakan mengalami kenaikan atau pradiabtes, dan tingkat sekitar 7 mmol/L atau lebih dinyatakan diabetes.
Sekitar tiga perempat dari orang-orang dengan kenaikan gula darah pada usia 45 akan terkena diabetes, dan setengah dari mereka yang telah terkena diabetes sebelumnya akan mulai mengonsumsi insulin.
Berat badan berlebih atau lingkar pinggang besar juga akan meningkatkan resiko terkena penyakit yang disebut kencing manis ini.
Berdasarkan hasil penelitian ini, setengah dari populasi dengan gula darah normal akan mengembangkan tingkat pradiabetik dan mungkin harus mengubah gaya hidup untuk pencegahan atau obat-obatan untuk mengurangi resiko.
“Orang-orang harus tahu resiko mereka dan jika mereka mempunyai resiko lebih tinggi, maka mereka harus melakukan metode intesif untuk mengurangi risiko diabetes ke depannya,” kata Dr.Kamlesh Khunti, salah satu peneliti. (Gibran Linggau)