Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kasus Vaksin Palsu Bukan Karena Kelangkaan Pasokan

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek membantah adanya kasus vaksin palsu karena faktor kelangkaan.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Kasus Vaksin Palsu Bukan Karena Kelangkaan Pasokan
Tribunnews.com/Fitri Wulandari
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek saat menggelar konferensi pers terkait perkembangan penanggulangan vaksin palsu bersama 11 instansi terkait lainnya di Gedung Adhyatma, Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Selasa (19/7/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek membantah adanya kasus vaksin palsu karena faktor kelangkaan.

Ia menegaskan pemerintah memiliki persediaan yang cukup dalam memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia.

"Kelangkaannya yang impor itu. Sekali lagi dong saya mengatakan dari yang Pemerintah itu didukung tetapi ada RS mau memakai yang impor. Yang impor ini yang dari principal importnya enggak masuk," kata Nila.

Mengenai kekecewaan IDI dimana dokter merasa tersudutkan dengan merebaknya kasus vaksin palsu, Nila mengaku belum mengetahuinya.

"Saya enggak bisa jawab kenapa dia merasa tersudutkan," imbuhnya.

Nila mengatakan bila dokter melakukan vaksinasi palsu maka hal itu masuk dalam perbuatan kriminal. Tetapi, hal itu adalah oknum.

"Karena produsen yang disebut yang melakukan kan apa mantan perawat. Itu juga kriminal. Jadi kalau saya misalnya dokter juga melakukan itu, saya kriminal. Jadi nggak mau menyalahkan," imbuhnya.

Berita Rekomendasi

Nila kembali menegaskan tidak ada kelangkaan vaksin dari pemerintah yang menyebabkan kasus tersebut terjadi.

"Tidak ada kelangkaan sekali lagi saya tegaskan pemerintah mempunyai namanya program imunisasi untuk masyarakat, wajib imunisasi,"ujarnya.

Nila juga membantah bahwa pihak Biofarma kekurangan stok sehingga menyebabkan rumah sakit memesan vaksin impor.

Biofarma akan memberikan vaksin sesuai jumlah pesanan.

"Tidak ada, tidak benar. Buktinya sampai sekarang kita mampu berikan. Tidak, bukan ekspor. Misalnya saya pesan 100, kemudian ekspor 100 juga. Dia bikin 200 dong. Tergantung pesanannya. Kalau saya jual kue tidak ada yang pesan, ya saya nggak mau bikin dong," beber Nila.


"Misalnya tadi 120 juta sisanya, dia juga tau kalau misalnya pesanan delay, dia bikin dong. Masa dia kurang-kurangi," sambungnya. (ferdinand waskita)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas