Implan Koklea Jadi Solusi Mengatasi Gangguan Pendengaran di Indonesia
Gangguan pendengaran ini sangat menganggu produktifitas dan membuat penderitanya terisolasi dari lingkungan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di Indonesia, gangguan pendengaran merupakan masalah kesehatan yang sangat penting dan membutuhkan perhatian khusus.
Berdasarkan data WHO, satu dari 1.000 kelahiran bayi di Indonesia mengalami gangguan pendengaran.
"Masalah gangguan pendengaran ini sangat menganggu produktifitas dan membuat penderitanya terisolasi dari lingkungan," kata Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Ratna Dwi Restuti, Sp.THT-KL(K) di Jakarta, Selasa (24/1/2017).
Dikatakannya, pada anak-anak, dampak gangguan pendengaran dapat membatasi masa depannya karena kehilangan kemampuan mendengar dan berbicara sehingga dapat mempengaruhi perkembangannya hingga dewasa.
Staf Departemen Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) Bedah Kepala Leher RSCM - FKUI, dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K) menambahkan dampak yang ditimbulkan akibat gangguan pendengaran cukup luas dan berat jika tidak ditangani dengan tepat, mulai mengganggu perkembangan kognitif, psikologi dan sosial.
"Perlu kesadaran mengenai dampak gangguan pendengaran sangatlah penting untuk terus ditingkatkan agar masyarakat di Indonesia mengetahui solusi yang tepat untuk penanganan masalah gangguan pendengaran,' katanya.
Salah satu masalah pendengaran yang muncul adalah gangguan pada koklea, salah satu organ pendengaran yang berfungsi mengirim pesan ke syaraf pendengaran dan otak.
Suara ditangkap daun telinga kemudian dikirim ke tulang pendengaran dan bergerak menuju koklea.
"Solusinya adalah melakukan operasi koklea atau rumah siput yakni menanam elektroda untuk organ pendengaran yang berisi saraf-saraf pendengaran yang terletak di telinga dalam," kata dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K).
Elektroda inilah yang yang menggantikan fungsi koklea sebagai organ pendengaran.
"Operasi ini diperuntukkan bagi penderita tunarungu yang tidak tertolong dengan pemakaian alat bantu dengar biasa," katanya.
Dengan demikian, Implan koklea dapat memperbaiki bagian telinga bagian dalam secara maksimal sehingga memungkinkan pasien mampu mendengar dengan baik.
Impantasi koklea telah menjadi prosedur yang sering dilakukan di Indonesia. Di RSCM Kencana, pada periode 2009 hingga 2016 telah menangani operasi implan koklea untuk 80 pasien.
Konsep layanan implantasi koklea di RSCM Kencana merupakan suatu kerja tim serta dengan alur tatalaksana yang melibatkan multidisiplin ilmu medis dan non-medis diataranya Spesialis neurologi anak, Spesialis neurologi (pasien dewasa), Spesialis penyakit dalam (pasien dewasa), Spesialis radiologi, Spesialis anestesi, Spesialis tumbuh kembang anak, Farmasis Klinik dan Spesialis psikiatri anak (psikolog).
Selain itu, agar implantasi berjalan dengan lancar juga diperlukan penyesuaian pengaturan dan kualitas suara sebagai tindak lanjut pasca operasi.
"Di bulan-bulan setelah operasi implantasi, beberapa sesi penyesuaian akan diminta untuk secara bertahap meningkatkan kualitas informasi suara,” katanya.
Country Manager Cochlear untuk Indonesia, Vietnam dan Filipina, Bambang Nur Indrawan mengatakan, inovasi teknologi implan koklea memberikan kesempatan dan solusi bagi masyarakat Indonesia untuk mengurangi dampak dari gangguan pendengaran.
Dengan teknologi dan inovasi implan koklea dapat memberikan harapan baru kepada generasi muda yang memiliki gangguan pendengaran untuk menempuh pendidikan di sekolah umum, meraih cita-cita yang mereka inginkan, tanpa ada batasan dan keterbatasan yang mereka miliki.
"Jangan biarkan gangguan pendengaran menghambat anak-anak terhubung dengan lingkungan sosialnya. Konsultasikan dengan ahli kesehatan pendengaran mengenai implan koklea untuk solusi pendengaran yang tepat,” tutup Bambang.