Deteksi Dini Pupil Mata Putih Cegah Kebutaan pada Anak
White pupil ini merupakan tanda bahaya karena bukan hanya dapat mengancam penglihatan namun juga mengancam kehidupan (nyawa) seseorang
Penulis: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Tiap satu detik, satu anak di seluruh dunia menjadi buta, padahal 80 persen penyebab kebutaan pada anak bisa dicegah melalui pemeriksaan dan tindakan segera.
Oleh karena itu, deteksi dini white pupil (pupil putih) menjadi hal yang sangat penting dalam pencegahan kebutaan pada anak.
Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, Prof Dr dr Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), saat menghadiri pencanangan Kampanye Pupil Putih atau White Pupil Campaign, bertepatan dengan momen peringatan Hari Ulang Tahun ke-108 RS Pusat Mata Nasional Cicendo di Bandung, Minggu pagi (5/2/2017). Hadir pula dalam acara ini, Gubernur Provinsi Jawa Barat, Achmad Heryawan.
"Mata itu adalah indera yang utama", tutur Menkes.
Gangguan penglihatan apalagi kebutaan pada anak menimbulkan dampak yang sangat besar pada kehidupan dan masa depan anak itu sendiri
"Gangguan ketajaman mata atau gangguan refraksi banyak dialami anak-anak bisa mengganggu prestasi belajar mereka”, ujar Menkes.
Menkes menambahkan, melalui kampanye pupil putih ini diharapkan masyarakat lebih mengetahui, menyadari sehingga mampu mendeteksi dini adanya katarak, bahkan retinoblastoma di dalam mata seorang anak.
Retinoblastoma merupakan tumor ganas mata yang sering terjadi pada anak.
Leukocoria (pupil putih) atau seperti “mata kucing” merupakan tanda klinis awal yang tersering ditemukan oleh orang tua atau orang-orang di sekitar pasien. Insidensi retinoblastoma berkisar 1:16.000 dan 1:18.000 kelahiran hidup.
“Terlihat warna putih pada pupil matanya, seperti mata kucing. Lebih jelas bila pada kondisi ruangan redup/gelap atau pada saat terkena flash lampu kamera,” tutur Menkes.
Menkes mengatakan, white pupil ini merupakan tanda bahaya karena bukan hanya dapat mengancam penglihatan namun juga mengancam kehidupan (nyawa) seseorang.
“Pendekatan keluarga dalam deteksi dini ini sangat penting. Jika ditemukan tanda white pupil ini atau gangguan penglihatan lainnya, segera periksakan anggota keluarga ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk dilakukan tindakan guna menghindarkan dari risiko kebutaan”, imbuh Menkes.
Katarak ditengarai menjadi penyebab sebagian besar gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia, termasuk di Indonesia.
Survei International Center of Eye Health (ICEH) dan direkomendasikan oleh WHO melalui metode Rapid Assasment of Avoidable Cataract (RAAB) di15 Propinsi Indonesia pada populasi usia ≥ 50 tahun, mendapatkan angka prevalensi kebutaan tertinggi sebesar 4,4,% (Jawa Timur) dan terendah sebesar 1,4% (Sumatera Barat), yang mana sebanyak 64-95% disebabkan oleh katarak.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.