Pneumonia Jadi Penyebab Kematian Utama Bayi Berusia di Bawah Dua Tahun
Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan kematian akibat pneumonia tertinggi yakni setidaknya 2-3 anak meninggal setiap jam
Penulis: Eko Sutriyanto
Sasarannya adalah bayi usia 2 bulan,3 bulan dan 12 bulan dengan jumlah sasaran di Kabupaten Lombok Timur 25.870 bayi, Kabupaten Lombok Barat 13.527 bayi sehingga total yang divaksin adalah 39.397 bayi.
Ditambahkan Wiendra, program ini merupakan langkah awal sebelum menjadikan vaksin pneumonia sebagai program vaksin nasional.
Tahapnya masih sangat panjang di mana setelah dilakukan demonstrasi ini kemudian dilanjutkan surveilan selama 3 tahun.
“Program vasksinasi pneumokokus secara nasional baru bisa dilakukan secara nasional jika sudah ada ketersediaan vaksinnya. Umumnya membutuhkan waktu lama. Dengan pilot project ini tidak dengan serta merta akan menjadi program nasional,” ujar Wiendra.
Ketersediaan vaksin menjadi tantangan yang masih dipikirkan pemerintah. Perusahaan vaksin nasional, Biofarma, diharapkan dapat segera akan menyediakan dan memproduksi vaksin pneumokokus. Sementara PCV 13 ini masih menggunakan produk impor dengan akses khusus.
Wiji Johar Santoso dari LSM Mitra Samya di Lombok menyambut baik demonstrasi vaksin pneumonia di Kabupaten Lombok.
Saat ini angka kematian bayi di Pulau Lombok sangat tinggi, menyumbang kontribusi terbesar kematian bayi (76,73%) di tahun 2014.
Angka ini merupakan akumulasi dari 5 kabupaten kota di Pulau Lombok dengan insiden tertinggi di Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat.
Pulau Lombok beberapa kali dijadikan tempat penelitian pneumonia. Di antaranya penelitian oleh Dr. Soewignyo di tahun 1997. Dari 1.200 sampel anak sehat, sebesar 48% terinfeksi kuman Streptococcus pneumonia.
Kemudian hasil peneliti Prof. DR. dr. Sri Rezeki Hadinegoro SpA (K) tahun 2012 ditemukan dari 1200 sampel, terdapat 33% yang terinfeksi S. pneumonia.
Penyebab tingginya kasus pneumonia di Kabupaten Lombok di antaranya masalah lingkungan dan perilaku masyarakat.
“Selain faktor lingkungan yang padat dan kumuh, di Lombok tepatnya di Kekalik, menjadi sentra industri pembuatan tempe dan tahu di mana pembakarannnya menggunakan bahan bakar ban bekas, sehingga asap dan jelaganya menyebar kemana-mana. Belum lagi tingkat perokok yang tinggi,” jelas Wiji.
Perilaku masyarakat yang belum menerapkan PHBS juga menjadi salah satu faktor kasus pneumonia di Pulau Lombok.
Kondisi alam di Pulau Lombok yang kering dan berdebu menyebabkan kualitas udara tidak bagus. Selain itu sebagian besar penduduk NTB (70,75%) tinggal di Pulau Lombok sehingga menciptakan lingkungan yang padat penduduk.