Penting Deteksi Dini dan Pencegahan Prediabetes
Angka kejadian prediabetes di Indonesia meningkat setiap tahunnya dan jumlahnya dua kali lipat dari angka penderita diabetes.
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prediabetes yang merupakan pencetus Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) telah menjadi permasalahan kesehatan global, tidak terkecuali di Indonesia.
Angka kejadian prediabetes di Indonesia meningkat setiap tahunnya dan jumlahnya dua kali lipat dari angka penderita diabetes.
Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) wilayah Jakarta menyatakan, jika tidak ditangani dengan baik, maka dalam jangka waktu pendek prediabetes dapat berkembang menjadi DMT2.
Kasus prediabetes menyerupai fenomena gunung es, di mana jumlah individu yang belum terdeteksi DMT2 (termasuk prediabetes) lebih banyak dibandingkan DMT2.
"Oleh karena itu, prediabetes sebagai pencetus harus dapat diatasi, sehingga angka penderita DMT2 dapat ditekan," kata Mardi saat program edukasi “Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan Prediabetes” yang diikuti oleh 100 dokter umum puskesmas di 5 wilayah DKI Jakarta belum lama ini.
Baca: Didiagnosis Prediabetes? Jangan Cemas, Coba Lakukan 6 Hal Ini
Mardi menambahkan, pertanda prediabetes yaitu kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial 140-199 mg/dl.
Dalam jangka waktu 3-5 tahun, 25 persen prediabetes dapat berkembang menjadi DMT2, 50% tetap dalam kondisi prediabetes, dan 25% kembali pada kondisi glukosa darah normal.
"Dengan melakukan deteksi dini prediabetes dapat mencegah peningkatan prevalensi DMT2 yang berhubungan dengan mordibitas, risiko progresivitas penyakit, biaya, dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular dini," katanya.
Upaya pencegahan prediabetes dapat dilakukan dengan beristirahat cukup; mengonsumsi makanan rendah kalori dan tinggi serat, seperti sayur mayur, buah-buahan, dan biji-bijian; serta melakukan aktivitas fisik minimal lima kali dalam seminggu dengan durasi 30-60 menit.
Baca: Simak Ini, Jangan Sampai Prediabetes Jadi Diabetes
Melihat tingginya prevalensi prediabetes, Nutrifood bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta, dan Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) mengadakan program edukasi “Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan Prediabetes” yang diikuti oleh 100 dokter umum puskesmas di 5 wilayah DKI Jakarta.
drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH, Kepala Subdirektorat Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolisme, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan menyatakan, deteksi dini prediabetes sangat penting sebagai upaya menekan tingginya angka DMT2.
"Terutama jika mengingat prediabetes tidak hanya menyerang kelompok usia tua, namun juga sudah ditemukan di kelompok usia muda serta produktif," katanya.
Baca: Jangan Remehkan Prediabetes, Bisa Berisiko Kematian dan Penyakit Kronis
Maka, ia menghimbau dokter-dokter puskesmas untuk turut berperan aktif dalam menggalakkan gerakan deteksi dini prediabetes di masyarakat. Semoga dengan diadakannya program edukasi ini dapat memberi pengaruh positif dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang terhindar dari bahaya penyakit DMT2.”
dr. R. Koesmedi Priharto, SpOT, M.Kes menambahkan, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta juga sangat mengapresiasi program edukasi Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan Prediabetes yang ditujukan pada dokter umum puskesmas.
Susana, Head of Nutrifood Research Center mengatakan, program ini merupakan kelanjutan dari rangkaian program edukasi ‘Cermati Konsumsi Gula, Garam, Lemak (GGL) dan Baca Label Kemasan Makanan’ sebagai dasar edukasi pencegahan penyakit tidak menular (PTM).