Hasil Penelitian Sebut Makan Upil Ternyata Punya Manfaat Menakjubkan Bagi Tubuh, Benarkah?
Masalahnya, tega enggak kita? Ada yang mau jadi sukarelawan? Bisa jadi mirip dengan terapi air seni yang sudah dicoba beberapa orang.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM - Suka ngupil? Pasti melakukannya dengan diam-diam karena malu kalau terlihat orang lain.
Padahal, mengupil merupakan kenikmatan yang tiada tara. Apalagi memperoleh upil yang besar. Rasanya puas. Plong.
Terus biasanya dikemanakan tuh upil? Dibuang. Entah dilempar dengan menjentikkan jari atau dioles di bawah kursi atau meja.
Nah, setelah membaca artikel ini, pikirkanlah sekali lagi membuang upil.
Melansir dari dailymail.co.uk, spesialis paru-paru Austria, Profesor Friedrich Bischinger, mengatakan,
"Mengonsumsi sisa-sisa kering dari upil adalah cara yang bagus untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh. Secara medis itu masuk akal dan merupakan hal yang wajar untuk dilakukan."
Hmmm ... bagaimana?
"Dalam hal sistem kekebalan tubuh, hidung adalah filter yang baik untuk mengumpulkan bakteri baik, dan ketika bercampur dengan pencernaan maka akan bekerja layaknya obat."
Sebuah penelitian di Massachusetts Institute of Technology menemukan fakta bahwa ingus dapat mencegah infeksi dengan mencegah bakteri jahat. Peneliti lain percaya bahwa ingus sintetis, dalam bentuk pasta gigi misalnya, bisa digunakan untuk mencegah gigi berlubang.
Bahkan seperti diberitakan di American Society for Microbiology, ingus bisa menjadi tameng untuk bertahan terhadap infeksi saluran pernafasan, sakit maag, bahkan HIV.
Penelitian ini juga dikaitkan dengan penelitian sebelumnya yang menghubungkan terlalu obesesi dengan kebersihan malah menyebabkan peningkatan alergi dan gangguan autoimun.
Dr Scott Napper, profesor biokimia, Universitas Saskatchewan, Kanada, mengatakan bahwa alam mendorong kita untuk berperilaku berbeda karena akan memperoleh manfaat dari kebiasaan kita untuk mengkonsumsi jenis makanan yang berbeda.
"Jadi ketika kamu memutuskan untuk memilih memakan upil, itu layaknya kembali ke alam."
"Dari prespektif evolusi, kita berevolusi di bawah kondisi kotor dan mungkin keinginan kita untuk hidur bersih dan steril tidak akan bekerja untuk menghasilkan manfaat tersendiri." laporan CBC News.
Masalahnya, tega enggak kita? Ada yang mau jadi sukarelawan? Bisa jadi mirip dengan terapi air seni yang sudah dicoba beberapa orang.