KLB Difteri! Waspadai Jika Anak Demam Tinggi, Batuk Pilek Juga Sakit Saat Menelan
Kementerian Kesehatan menetapkan wabah penyakit difteri sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan menetapkan wabah penyakit difteri sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Untuk itu, langkah pencegahan sangat diperlukan agar wabah penyakit yang bisa menular melalui udara tersebut tidak semakin meluas.
Dokter yang menangani pasien penyakit difteri di RS Sulianti Saroso, dr Dedet Hidayati SpA, mengatakan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan penyakit difteri. Langkah pertama tentunya dengan melakukan imunisasi DPT.
"Jadi yang belum lengkap imunisasinya, segera dilengkapi. Selain itu masyarakat juga harus menerapkan pola hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan," ujar Dedet, Jumat (8/12/2017).
Baca: Derita Sobari Dikucilkan Warga Setelah Cucunya Meninggal karena Difteri
Dedet menambahkan, orangtua yang mengetahui anaknya sakit demam, agar segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan penyebab sebenarnya.
Apalagi, jika diikuti dengan gejala sakit saat menelan, maka perlu dilakukan tindakan sesegera mungkin.
"Orangtua harus aware ketika anak demam tinggi disertai batuk pilek, harus diperiksa. Apalagi disertai nyeri nelan dan malas makan, harus segera diperiksa. Penyebab kematian pengidap difteri karena terlambat dibawa ke rumah sakit," tutur Dedet.
Dalam kesempatan yang sama, dr HI Firmansyah SpPD mengatakan, penyakit difteri banyak ditemukan di kawasan permukiman padat penduduk dengan ekonomi menengah ke bawah.
Kawasan dengan tingkat implementasi imunisasi rendah, juga menjadi tempat yang rawan penyebaran penyakit difteri.
"Imunisasi ini sangat penting untuk memberikan perlindungan seseorang dari penyakit. Apabila tidak pernah imunisasi, maka yang bersangkutan tidak bisa terlindungi. Sehingga ketika ada kasus, tidak bisa melindungi," paparnya.
Saat disinggung mengenai lebih banyak anak-anak yang menderita penyakit difteri, menurut Firmansyah, hal itu dikarenakan sistem kekebalan orang dewasa lebih siap ketika diserang penyakit. Hal ini berbeda dengan sistem kekebalan anak-anak yang lebih rentan. (*)