Tindakan Bully Bisa Jadi Faktor Gagalnya Pengguna Brace Pulih dari Scoliosis
Tindakan intimidasi (bully) ternyata menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penderita kelainan tulang belakang (scoliosis) 'gagal' dalam memperba
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tindakan intimidasi (bully) ternyata menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penderita kelainan tulang belakang (scoliosis) 'gagal' dalam memperbaiki struktur tulangnya.
Hal itu karena seringkali para penderita scoliosis mendapatkan bully dari lingkungan sekitar yang tida bisa menerima kekurangan mereka.
Ahli Fisioterapi dan Anatomi Labana Simanihuruk, B.Sc, menyampaikan dalam seminar media bertajuk 'Terapi Non-Operasi: Harapan Baru Bagi Pasien Scoliosis', bahwa faktor bully itu banyak terjadi pada kasus scoliosis di Indonesia.
Ia menjelaskan, bully membuat para pasien enggan menggunakan alat penunjang tubuh (brace) lebih lama.
Terutama saat mereka harus menjalankan rutinitas di sekolah maupun lingkungan kerja.
Sehingga mereka tidak menggunakan brace sesuai dengan waktu yang dianjurkan.
Brace yang tidak nyaman, sering membuat para pasien terlihat mengenakan benda aneh dan tidak lazim, dan hal itulah yang menyebabkan sebagian penderita mendapatkan tindakan bullying.
"Di Indonesia, faktor bully menjadi penyebab pengguna brace banyak yang gagal karena (pemakaiannya) tidak sesuai anjuran," ujar Labana, dalam seminar media di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (17/7/2018).
Oleh karena itu, Labana menegaskan bahwa Scoliosis Care membuat brace yang nyaman bagi para penderita agar tetap bisa dipakai saat beraktivitas dan bertemu banyak orang.
Baca: Penderita Kelainan Tulang Belakang Bisa Pulih Tanpa Operasi
"Makanya kami membuat brace yang nyaman, sehingga ia bisa pakai ke sekolah dan kerja," jelas Labana.
Selain itu, karena adanya penderita scoliosis yang berusia belia, maka pihaknya sengaja membuat brace menggunakan corak dan warna yang disukai.
Kendati demikian, pembuatan brace tetap harus menyesuaikan seberapa parah bentuk kurva tubuh.
"Dan bisa disesuaikan dengan karakter-karakter maupun warna yang mereka sukai," kata Labana.
Sehingga para penderita bisa tetap percaya diri saat mengenakan brace untuk memperbaiki struktur tulang mereka.
Penggunaan brace merupakan salah satu terapi non-operasi selain observasi, latihan fisik, terapi alternatif dan komplementer.
Alat tersebut diyakini bisa memperbaiki struktur tulang belakang pasien scoliosis, tanpa melakukan operasi.
Namun hal itu tergantung pada usia dan seberapa parah bentuk kurva penderita tersebut.
Pemakaian brace juga pada umumnya membutuhkan waktu sekira 2 tahun untuk busa mengembalikan posisi tulang pada posisi normal.