Hasrat Hubungan Seksual Masyarakat Perkotaan Diduga Menurun
Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) H. Nofrijal mengungkap dugaan menurunnya hasrat hubungan seksual terjadi pada masy
Penulis: Ria anatasia
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) H. Nofrijal mengungkap dugaan menurunnya hasrat hubungan seksual terjadi pada masyarakat perkotaan.
Karena itulah pemakaian alat kontrasepsi tradisional mengalami peningkatan.
Hal tersebut ditambah oleh kesibukan masyarakat kota serta pemahaman mereka mengenai kontrasepsi.
"Masyarakat kota memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik dalam memutuskan sesuatu. Mereka biasanya melakukan berdasarkan diskusi sehingga mungkin menggunakan kontrasepsi jangka pendek memang menjadi pilihan pada saat itu."
"Bisa juga soal dugaan menurunnya hasrat seksual. Namun, itu membutuhkan penelitian lebih lanjut,” pungkas dia.
BKKBN mengungkapkan, angka pemakaian alat kontrasepsi tradisional di Indonesia meningkat sebanyak dua persen. Sementara penggunaan metode kontrasepsi modern turun satu persen.
Kondisi ini berlangsung di tengah upaya pemerintah untuk mendorong masyarakat beralih ke metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), yang lebih efektif mencegah kehamilan.
"Di Survey Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2017, pemakaian alat kontrasepsi tradisional meningkat. Ini yang kita mau usahakan masyarakat beralih ke modern," kata Sekretaris Utama BKKBN, H. Nofrijal di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (17/10/2018).
Berdasarkan SDKI 2017, pengguna alat kontrasepsi tradisional jenis kondom naik dari 1 persen di SDKI 2012 menjadi 3 persen.
Kemudian, metode senggama terputus atau ejakulasi di luad naik sebanyak 2 persen menjadi 4 persen di SDKI 2017.
Sebaliknya, pemakaian kontrasepsi modern seperti IUD dan implan turun sebanyak satu persen. Terlebih, angka putus pakai alat metode ini meningkat menjadi 9% dari semula 6% di SDKI 2012.
Nofrijal menyebut pemakaian metode kontrasepsi tradisional banyak dilakukan masyarakat berpendidikan tinggi yang tinggal di perkotaan.
"Ini harus kita teliti lebih jauh, mengapa mereka yang berpendidikan tinggi justru memilih KB dengan cara tradisional yang berefek jangka pendek dan efektivitasnya lebih rendah," ujarnya.