Jangan Panik dan Cari Obat Saat Anak Diare, Keluarnya Feses Jangan Dibikin Mampet, Cukupi Nutrisinya
Bagaimana menangani anak yang diare? Tak usah kelewat panik/khawatir berlebih karena tubuh memiliki mekanis-me yang tangguh dalam melawan penyakit.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM – Diare menduduki peringkat pertama penyakit langganan anak. Disusul ISPA alias infeksi saluran pernapasan atas, seperti batuk, pilek disertai demam.
Meski tidak kelewat membahayakan, dalam arti mengancam jiwa secara langsung, diare kalau tidak diatasi dengan baik bisa memburuk.
Diare, bila tidak ditangani bisa menyebabkan dehidrasi.
Pada dasarnya, diare berkaitan dengan tingkat higienis yang rendah.
Diare sendiri sebenarnya bukan penyakit. Melainkan salah satu gejala adanya gangguan/penyakit infeksi saluran cerna.
Penyebabnya bisa virus rota, disentri, kolera, tifus, hepatitis A, giardiasis, cryptosporidiosis, E-coli, giardia, norovirus, dan salmonelosis maupun sigelosis.
Lalu bagaimana mewaspadai diare yang mengarah ke kondisi parah?
Disebut diare jika si kecil buang air besar (BAB) lebih dari 4x dalam kurun waktu 24 jam atau 1x BAB encer dan menyembur (mencret).
Baca: Paniknya Sandra Dewi Saat Anaknya Demam Hingga Diare
Sedangkan warna feses sendiri tidak bisa dijadikan patokan. Bisa kuning, hijau, pu-tih, atau kehitaman.
Diare pada anak bisa disebabkan oleh rotavirus, bakteri, atau bahan yang tidak dibutuhkan tubuh.
Namun umumnya akibat rotavirus yang masuk lewat mulut (bisa dari mainan yang dipegang-pe-gang atau digigit-gigit, dot, em-peng, peralatan maupun makanan dan minumannya yang kebersihannya kurang terjaga.
Begitu juga bila tangan si anak maupun yang mengolah dan menyajikan makanan kotor.
Bagaimana menangani anak yang diare? Tak usah kelewat panik/khawatir berlebih karena tubuh memiliki mekanis-me yang tangguh dalam melawan penyakit.
Mencret, contohnya, tak lain adalah mekanisme per-tahanan si anak untuk menge-luarkan penyakit atau hal lain yang tidak dibutuhkan tubuh.
Itulah mengapa banyak kalangan yang tidak menganjurkan peng-gunaan obat-obatan untuk menganggulangi mencret, baik obat tradisional maupun modern.
Idealnya, kita justru harus membiarkannya terjadi.
Akan tetapi tentu saja selama diare berlangsung, si kecil tetap harus selalu mendapat asupan nutrisi dan cairan.
Rumus sederhananya, suplai harus lebih banyak masuk ketimbang yang dikeluarkan lewat mencret.
Jadi, sebetulnya perawatan anak diare bisa dilakukan orangtua sendiri dengan memperbanyak asupan ASI (jika bayi masih minum ASI) disamping cairan lain dan makanan.
Untuk sementara waktu ganti dulu susunya dengan susu rendah atau malah tanpa laktosa. Ada baiknya bantu juga dengan pemberian larutan gula-garam/oralit atau oralit khusus anak dengan citarasa buah-buahan yang disukai anak.
Selama diare sebaiknya hindari buah-buahan, kecuali pisang. Kandungan zat pektin dalam pisang dipercaya mampu mengeraskan tinja.
Langkah-langkah tersebut perlu dilakukan agar anak terhindar dari dehidrasi sekaligus meningkatkan daya tahan tubuhnya. Dengan imunitas yang baik diharapkan tubuh anak akan mampu memusnahkan sendiri penyakitnya itu.
Sebaliknya, jika orangtua panik lantas langsung memberi obat antidiare kepada anak, akibatnya virus, bakteri, dan penyebab lainnya tidak bisa dikeluarkan dari dalam tubuh.
Padahal bila dibiarkan, bisa menyebabkan usus luka, bulu-bulu usus gundul, dan tubuh anak keracunan.
Dampak lanjutannya, muncul aneka keluhan, seperti perut kembung, mulas, dan nafsu makan menurun.
Jika kondisinya tidak kunjung membaik disertai gejala lesu, tidak ceria, rewel, tidak nafsu makan dan minum, mengeluh sakit terutama sekitar perut, BAB tidak kunjung normal, sebelum hari ketiga bawa anak ke dokter atau rumah sakit segera.
Sedangkan jika BAB cair dan bersifat menyembur pada bayi, sebaiknya jangan menunda-nunda waktu lagi. Dalam waktu maksimal 1x24 jam si kecil harus sudah mendapat penanganan tim medis.
Begitu juga diare pada anak yang lebih besar. Kalau dalam sehari dia tampak lemas, tidak bergairah, BAB selalu cair dan menyembur, segera larikan ke rumah sakit terdekat.
Apalagi jika fesesnya berlendir atau berdarah (sekalipun hanya berupa bercak atau vlek). Jangan salah, hanya dengan cara itu orangtua bisa menyelamatkan jiwa anaknya.
Berikut langkah-langkah penanganan diare yang bisa dilakukan sendiri di rumah.
Diare tanpa dehidrasi
Larutan oralit dan cairan rumah tangga lainnya, seperti sup, air tajin, larutan gula-garam, dan air putih, terus diberikan hingga diare stop atau setiap kali sehabis diare.
Dosis oralit:
- Bayi <6 bulan dan belum mengenal makanan padat tetap disusui ASI.
- Anak <2 tahun. Berikan 50-100 ml cairan oralit maupun cairan rumah tangga setiap kali mencret.
- Anak <10 tahun. Berikan 100-200 ml cairan oralit atau cairan rumah tangga setiap kali mencret.
- 10 tahun atau lebih, berikan cairan sebanyak yang diinginkan. (GridHEALTH.id )