Kontrol Gula Darah, Pasien DM Tipe 2 Tetap Nyaman Jalani Ibadah Puasa Tanpa Hipoglikemia
Penting bagi pasien DMT2 untuk mengontrol kadar gula darah agar ibadah puasa dapat berjalan baik
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bulan Ramadan adalah kesempatan yang baik bagi umat Muslim, termasuk pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) untuk menyempurnakan ibadah dan meraih berkah suci.
Meski begitu, hipoglikemia menjadi ancaman tersendiri bagi para pasien DMT2 di mana risiko hipoglikemia pada pasien DMT2 meningkat hingga 7,5 kali lipat sepanjang bulan Ramadan.
Oleh karena itu, penting bagi pasien DMT2 untuk mengontrol kadar gula darah agar ibadah puasa dapat berjalan baik.
Hipoglikemia adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal, yaitu kurang dari 70 mg/dL.
Gejala hipoglikemia adalah jantung berdebar, gemetar, kelaparan, keringat dingin, cemas, lemas, kesulitan mengontrol emosi dan kosentrasi, serta kebingungan.
Baca: Tak Semua Penderita Diabetes Merasakan Gejala Awal, Ini yang Mesti Dilakukan
Pada tahap berat (kadar glukosa <50mg/dL) pasien dapat kehilangan kesadaran, kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah hingga kontraksi detak jantung yang berujung pada kematian.
Hasil studi EPIDIAR pada tahun 2001 di 13 negara dengan populasi muslim yang besar, dengan sample sebanyak 12.914 orang menunjukkan setidaknya 79% dari sample tersebut menjalani ibadah puasa saat Ramadan.
Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan selama Ramadan, terjadi peningkatan insiden hipoglikemia yang signifikan pada pasien DMT2.
Hal ini dikarenakan pasien DMT2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis.
“Sebelum menjalani puasa, penting bagi pasien DMT2 melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir risiko hipoglikemia,” kata Ketut di Jakarta akhir pekan lalu.
Baca: Video Pasien Berhubungan Intim dengan Wanita di IGD Rumah Sakit Gianyar Tersebar di WA
Ketut Suastika mengatakan, selain itu, upaya yang dapat dilakukan pasien DMT2 dalam menghindari hipoglikemia adalah menjalankan pola diet seimbang, aktif beraktivitas fisik, rutin memantau kadar gula darah secara berkala.
“Serta melakukan perubahan pengobatan yang memicu pelepasan insulin secara berlebihan. Hipoglikemia bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kejang dan hilang kesadaran,” katanya.
Berdasarkan studi Aravind SR pada tahun 2011 dengan metode observasional menunjukkan 20% dari 1.378 pasien DMT2 mengalami hipoglikemia selama mengonsumsi sulfonilurea pada bulan puasa.
Studi tersebut kemudian dilanjutkan pada tahun 2012, di mana Aravind melakukan perbandingan konsumsi kelas terapi DPP4i dengan sulfonilurea.
Hasil studi menunjukkan penggunaan kelas terapi DPP4i pada pasien DMT2 terbukti menurunkan risiko hipoglikemia sampai dengan 50% dibandingkan dengan sulfonilurea.
Medical Affairs Director Merck Sharp & Dohme (MSD), Indonesia, dr. Suria Nataatmadja mengatakan, tidak sedikit pasien DMT2 yang antusias menyambut Ramadhan dan bertekad untuk menunaikan ibadah puasa.
Berdasarkan survei yang diadakan oleh MSD, 73% dokter setuju bahwa faktor budaya seperti puasa memengaruhi kendali kadar gula darah pasien DMT2 .
Dalam mengendalikan kadar gula darah dan mencegah hipoglikemia, pasien DMT2 dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang melepaskan energi secara lambat seperti biji-bijian, beras merah, produk susu rendah lemak dan kacang-kacangan saat sahur dan buka puasa.
“Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi; meningkatkan asupan cairan selama jam tidak berpuasa; serta yang terpenting mengunjungi dokter Anda untuk mendapatkan rekomendasi manajemen diabetes selama bulan puasa,” katanya.