Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Tak Sebugar Dulu, Bolehkah Penyintas Kanker Seperti Ani Yudhoyono Berpuasa? Yuk Simak Fakta Medisnya

Sejak divonis kanker darah, kini kondisi kesehatan Ani Yudhoyono tak dipungkiri tak lagi sebugar sebelumnya. Bisakah istri SBY ini berpuasa?

Penulis: Anita K Wardhani
zoom-in Tak Sebugar Dulu, Bolehkah Penyintas Kanker Seperti Ani Yudhoyono Berpuasa? Yuk Simak Fakta Medisnya
Instagram/@annisayudhoyono
Kondisi terkini Ani Yudhoyono diungkap menantu SBY, Annisa Pohan 

TRIBUNNEWS.COM - Ramadan tak lama lagi, seluruh umat muslim yang mampu diwajibkan berpuasa, bagaimana dengan yang sakit parah seperti para penyintas kanker yang dialami Ani Yudhoyono?

Sejak divonis kanker darah, kini kondisi kesehatan Ani Yudhoyono tak dipungkiri tak lagi sebugar sebelumnya. Bisakah istri Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpuasa?

Kondisi terakhir ibu negara keenam RI ini meski menunjukkan kemajuan, meski wajahnya tak bisa disembunyikan telah berubah karena efek kemoterapi yang pasti menguras tenaganya.

Jelas terlihat wajah pucat, lebam, hingga tubuh kurus di setiap foto Ani Yudhoyono.

Lantas, bisakah Ani Yudhoyono berpuasa?

Baca: Sutopo Sarankan Ani Yudhoyono Konsumsi Ikan Gabus, Ternyata Gizinya Mampu Obati Penyakit

Ceritakan Kondisi Terbaru Ani Yudhoyono, Annisa Pohan: Seminggu Terakhir Ini Memo Banyak Diam
Ceritakan Kondisi Terbaru Ani Yudhoyono, Annisa Pohan: Seminggu Terakhir Ini Memo Banyak Diam (Instagram @annisayudhoyono)

Mengutip Hello dokter, puasa selama bulan Ramadan ternyata berkhasiat bagi benderita kanker, apalagi jika mengikuti panduan puasa yang benar.

Selama beberapa tahun terakhir, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa puasa dapat mengurangi faktor risiko dan gejala kondisi kesehatan yang serius, termasuk kanker.
Penderita kanker boleh berpuasa?

Berita Rekomendasi

Berdasarkan beberapa kasus, penderita kanker yang berpuasa dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, namun ini tergantung pada kondisi kesehatan penderita kanker itu sendiri.

Penderita kanker diperbolehkan puasa dengan catatan, tidak mengalami komplikasi, tubuh dalam kondisi stabil, dan berada di bawah penanganan dokter. Berdasarkan penelitian, penderita kanker lanjut kemungkinan diperbolehkan berpuasa.

Sementara itu, penderita kanker tidak diperbolehkan puasa jika sedang menjalani pengobatan dan kanker sudah mencapai tahap kronis.

Baca: Pengantin yang Lagi Bulan Madu Sudah Tahu Belum Soal Mandi Junub dan Keabsahan Puasa? Ini Caranya

Ilustrasi Puasa
Ilustrasi Puasa (ISTIMEWA)

Puasa Bisa Jadi Obat Kanker? Begini Prosesnya

Tubuh Anda dirancang untuk melindungi dari kelaparan. Saat sahur, tubuh akan menyimpan cadangan nutrisi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Ketika Anda tidak makan dengan normal, ini menempatkan sel-sel di bawah tekanan ringan dan tubuh Anda mulai melepaskan sumber-sumber itu untuk mengisi bahan bakar itu sendiri.

Dokter menyarankan bahwa selama tubuh memiliki waktu untuk menyembuhkan dirinya sendiri setelah periode stres ini, Anda tidak akan mengalami efek negatif.

Salah satu hasil paling cepat dari puasa adalah penurunan berat badan karena tubuh Anda menggunakan lebih banyak kalori daripada yang dikonsumsi.
Manfaat puasa untuk penderita kanker

Penurunan berat badan hanyalah salah satu manfaat dari puasa untuk orang dewasa yang sehat. Penelitian pada hewan baru-baru ini dan beberapa percobaan manusia telah menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan risiko kanker atau penurunan tingkat pertumbuhan kanker.

Studi menunjukkan puasa bermanfaat bagi penderita kanker, di antaranya:

Baca: Wajah Ani Yudhoyono Lebam, Tubuhnya Berubah, Sutopo Beri Resep Ini untuk Kurangi Efek Kemoterapi,

Menurunkan produksi glukosa darah
Sel punca dipicu untuk meregenerasi sistem kekebalan tubuh
Asupan gizi seimbang
Meningkatkan produksi sel-sel pembunuh kanker

Dalam satu studi tentang waktu selama 9 jam puasa, ditunjukkan dapat mengurangi perkembangan obesitas dan diabetes tipe 2 pada tikus. Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk kanker yang dapat mendukung puasa untuk mengobati kanker.

Studi kedua pada tikus menunjukkan bahwa diet dua kali berpuasa dua bulanan mengurangi risiko kanker. Hasilnya serupa dalam uji coba oleh ilmuwan yang sama dengan 19 manusia. Ini menunjukkan penurunan biomarker dan faktor risiko untuk kanker.

Dalam sebuah studi 2016, penelitian menunjukkan puasa dan kemoterapi gabungan memperlambat perkembangan kanker payudara dan kanker kulit.

Metode pengobatan gabungan menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak sel progenitor limfoid umum (CLP) dan limfosit infiltrat tumor. CLP adalah sel-sel prekursor untuk limfosit, yaitu sel-sel darah putih yang bermigrasi ke tumor dan dikenal untuk membunuh tumor.

Penelitian yang sama mencatat kelaparan jangka pendek membuat sel kanker sensitif terhadap kemoterapi sekaligus melindungi sel normal dan juga meningkatkan produksi sel induk.
Puasa menghasilkan sel sehat

Peneliti berbasih di University of Southern California, telah melakukan serangkaian studi bagaimana 2-4 hari berpuasa pada tikus dan manusia bisa menghasilkan sel-sel sehat.

Penelitian menemukan bahwa pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan lebih bertahan pada efek samping yang melelahkan setelah mereka diharuskan menjalankan puasa periodik.

Studi tersebut menunjukkan, mereka yang berpuasa lebih mampu menghasilkan sel-sel induk hematopoietik – sel punca sangat berpotensi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh – dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh.

Mereka juga telah menemukan bahwa puasa dapat menurunkan tingkat IGF-1, hormon pertumbuhan yang terkait dengan faktor penuaan, perkembangan tumor, dan risiko kanker.

Peneliti menemukan bahwa orang-orang yang berpuasa selama 72 jam sebelum pengobatan akan mengalami toksisitas lebih rendah dan efek lebih ringan pada sumsum tulang dari kemoterapi.

Kondisi terkini Ani Yudhoyono, sang menantu Annisa Pohan ungkap ibu mertua tak seaktif biasanya karena efek kemoterapi sesi kedua.
Kondisi terkini Ani Yudhoyono, sang menantu Annisa Pohan ungkap ibu mertua tak seaktif biasanya karena efek kemoterapi sesi kedua. (Instagram @aniyudhoyono)

Puasa Perkecil Efek Kemoterapi
Para ilmuwan yang melakukan penelitian tentang Ibadah Puasa, menemukan bahwa ternyata puasa memicu regenerasi sel dan ampuh melawan sel kanker.

Kepala Departemen Kesehatan dan Urusan Terapi Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Dr Mashhor Al-Hantoushi, menyampaikan kepada Arab News, Senin (6/7/2015), penelitian medis menemukan puasa bisa memperlambat pertumbuhan kanker payudara, kanker kulit melanoma, kanker otak glioma dan neuroblastoma, dan kanker yang terbentuk di jaringan saraf.

“Beberapa pasien kanker yang melakukan kemoterapi sambil berpuasa merasakan efek samping yang lebih sedikit daripada mereka yang tidak berpuasa,” kata Al Hantoushi.

Biasanya orang yang melakukan kemoterapi akan merasakan mual, muntah, diare, tuli dan rambut rontok.

Belum lama ini, Penelitian lain juga dilakukan di University of Southern California.

Mereka menemukan bahwa puasa memperlambat pertumbuhan dan penyebaran tumor, dan membantu penyembuhan beberapa kasus kanker ketika dikombinasikan dengan kemoterapi.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Translational Medicine menemukan bahwa ketika bereksperimen pada tikus.

Dalam setiap kasus, menggabungkan puasa dengan kemoterapi membuat pengobatan kanker lebih efektif.

Tapi tak satu pun dari tikus selamat saat mereka diperlakukan dengan kemoterapi saja.

Al-Hantoushi berharap bahwa temuan akan mengarah pada pengembangan rencana pengobatan yang lebih efektif dan penelitian medis lebih lanjut, sehingga bisa membuktikan bahwa puasa dapat menjadi cara terbaik untuk memerangi kanker.

Sembuhkan Penyakit Kronis 

Berbagai penelitian telah banyak menguak manfaat kesehatan yang diperoleh dari puasa. Penyakit kritis pun bisa sembuh dengan berpuasa.

Seperti dilansir meetdoctor, dalam penelitian ilmiah, juga tidak ditemukan efek merugikan dari puasa pada jantung, paru, hati, ginjal, mata, profil endokrin, hematologi dan fungsi neuropsikiatri.

Puasa juga menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengurangi atau menghilangkan racun, seperti nikotin, polusi udara, lemak, kolesterol, dan radikal bebas dari tubuh, atau mengubahnya serta membersihkan lendir yang berlebihan untuk merevitalisasi fungsi alami tubuh.

Selain itu puasa juga dapat meningkatkan proses eliminasi dan meningkatkan pelepasan racun dari usus, ginjal, dan kandung kemih, paru-paru dan saluran pernapasan, sinus dan kulit.

Dengan berpuasa, keseimbangan nutrisi dapat terbantu.

Beberapa pakar kesehatan mengatakan ketika tubuh tak terisi makanan, terjadi keseimbangan nutrisi yang mengakibatkan asam amino dan berbagai zat lainnya, dapat membantu peremajaan sel dan komponennya dalam memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari.

Selama berpuasa, Anda tidak mengonsumsi apapun termasuk air putih pada siang hari.

Alih-alih membuat tubuh kelaparan, hal tersebut rupanya baik untuk tubuh, karena dapat meminimalkan beban kerja pada organ pencernaan, usus, lambung, hati, kandung empedu, pankreas, dan ginjal.

Tak hanya itu, berpuasa juga merupakan momen penting bagi tubuh untuk memulihkan diri, karena memecahkan makanan membutuhkan banyak energi.

Selain itu, sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa saat berpuasa akan terjadi peningkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat.

Hal tersebut karena keseluruhan sel darah putih tidak berubah, bahkan sel T mengalami kenaikan pesat.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa berpuasa akan menurunkan kadar apo-betta dan menaikkan kadar apo-alfa1.

Kondisi tersebut dapat menjauhkan Anda dari beberapa serangan penyakit, seperti jantung, dan pembuluh darah. Sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Nah, bahkan saat Anda tengah menjalani puasa akan membuat kondisi psikologis menjadi tenang dan tidak dipenuhi rasa amarah.

Hal tersebut rupanya dapat menurunkan adrenalin, karena saat marah akan terjadi peningkatan jumlah adrenalin 20-30 kali lipat.

Adrenalin itu sendiri akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, dan menambah volume darah ke jantung.

Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.

Artikel disarikan dari berbagai sumber:
Hello Sehat/ArabNews/muslimahcorner/islampos/PR/meetdoctor/Tribun Timur

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas