Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Heboh Virus Machupo Dalam Paracetamol Bisa Rusak Kulit, Isu atau Fakta? BPOM Buka Suara

Beberapa waktu lalu sempat tersiar kabar bahwa ada seorang pria yang mengalami kelainan kesehatan kulit setelah mengonsumsi obat paracetamol.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Heboh Virus Machupo Dalam Paracetamol Bisa Rusak Kulit,  Isu atau Fakta? BPOM Buka Suara
ISTIMEWA
Paracetamol Cafein Carisoprodol (PCC) 

TRIBUNNEWS.COM - Beberapa waktu lalu sempat tersiar kabar bahwa ada seorang pria yang mengalami kelainan kesehatan kulit setelah mengonsumsi obat paracetamol.

Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam).

Menurut WebMD, obat ini digunakan untuk mengobati nyeri ringan hingga sedang (mulai dari sakit kepala, meredakan sakit saat menstruasi, sakit gigi, sakit punggung, osteoartritis, atau sakit dan nyeri pilek/flu) dan untuk mengurangi demam.

Namun dalam sebuah unggahan, ada seorang pria terbaring lemah dan memiliki bintik-bintik merah dan kelainan kulit di sekujur tubuhnya.

Heboh virus Machupo dalam paracetamol
Facebook
Heboh virus Machupo dalam paracetamol Facebook ()

Dalam unggahan tersebut tertulis, seperti ini:

"PERINGATAN URGENT! Hati-hati untuk tidak menggunakan parasetamol yang datang ditulis P/500. Ini adalah parasetamol baru, sangat putih dan mengkilap, mengandung "Machupo" virus, dianggap salah satu virus yang paling berbahaya di dunia. Dan dengan tingkat kematian yang tinggi. Silakan berbagi pesan ini, untuk semua orang dan keluarga. Dan menyelamatkan hodup dari mereka ..... saya sudah melakukan bagian saya, sekarang giliran Anda"

Menepis kabar miring tersebut, virus Machupo rupanya telah berkembang sejak tahun 1959 di Bolivia.

Berita Rekomendasi

Menurut laman Stanford University, wabah demam berdarah Bolivia terjadi di daerah pedesaan di seluruh Bolivia, termasuk departemen Beni dan daerah di sekitar San Joaquin dekat perbatasan timur Bolivia.

Di San Joaquin, penyebaran cepat dan kematian mengerikan penduduk desa yang menderita demam menyebabkan kepanikan yang meluas, mendorong pemerintah Bolivia untuk meminta bantuan dari para ilmuwan AS.

Virus Machupo disebarkan melalui udara, bawaan makanan, atau kontak langsung partikel virus.

Partikel-partikel ini dihasilkan dari air liur, urin, atau kotoran Calomys callosus, reservoir tikus.

Di San Joaquin, virus menyebar paling efektif ketika urin tikus kering di lantai tanah rumah disapu ke udara selama pembersihan dan dihirup oleh penghuni rumah.

Wabah Machupo terjadi ketika populasi tiba-tiba atau peningkatan kontak manusia dalam populasi hewan pengerat didorong oleh sumber makanan yang melimpah atau pola hidup dan pertanian manusia.

Beberapa laporan penyebaran virus dari orang ke orang telah dilaporkan termasuk di antara staf perawat dan laboratorium dan anggota keluarga dari individu yang terinfeksi.

Gejala dari paparan virus Machupo termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mialgia (nyeri otot), dan arthralgia (nyeri sendi).

Pada beberapa pasien, tanda-tanda hemoragik berkembang, termasuk perdarahan dari mukosa hidung dan mulut, serta saluran bronkopulmoner, gastrointestinal, dan genitourinari (kelainan sistem kandung kemih).

Beberapa pasien mengalami gejala neurologis seperti tremor, kehilangan kontrol otot, dan kejang.

Kematian dapat terjadi antara beberapa jam dan beberapa hari setelah timbulnya gejala.

Gejala umumnya berlangsung selama satu minggu setelah masa inkubasi satu minggu.

Dari gejala yang ditimbulkan dari virus Machupo itu tidak ada yang menyebabkan kelainan kulit seperti yang dibicarakan di Facebook juga yang disebar di WhatsAps (WA).

Hal ini pun langsung mendapat komentar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dari laman BPOM RI menjawab bahwa isu ini adalah hoax alias fake alias bohong.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) melakukan evaluasi terhadap keamanan, khasiat, mutu, dan penandaan/label produk obat sebelum diedarkan (pre-market evaluation) dan secara rutin melakukan pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi, serta produk yang beredar di wilayah Indonesia (post-market control).

Terkait isu di atas yang disebarkan secara berantai melalui media sosial, sampai saat ini Badan POM tidak pernah menerima laporan kredibel yang mendukung klaim bahwa virus Machupo telah ditemukan dalam produk obat parasetamol atau produk obat lainnya.

Virus Machupo sendiri diketahui merupakan jenis virus yang penyebarannya dapat terjadi melalui udara, makanan, atau kontak langsung. Virus Machupo dapat bersumber dari air liur, urin, atau feses hewan pengerat yang terinfeksi dan menjadi pembawa (reservoir) virus tersebut.

Kepala Badan POM, Penny K. Lukito menyampaikan bahwa Badan POM tidak pernah menemukan hal-hal seperti yang diisukan tersebut, termasuk kandungan virus Machupo dalam produk obat.

Penny K. Lukito mengimbau masyarakat Indonesia untuk membeli obat di apotek atau sarana resmi lainnya seperti toko obat berizin.

"Ingat CEK KLIK, cek kemasan, label, izin edar, dan kedaluwarsa", ujar Penny K. Lukito.

"Jadilah konsumen cerdas, jangan mudah terpengaruh oleh isu/hoax yang beredar di media sosial. Apabila menemukan produk yang mencurigakan, laporkan ke contact center Badan POM di nomor telepon 1500533 (pulsa lokal) atau Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia," pesan Kepala Badan POM.

Sebagai konsumen yang cerdas, kita perlu mengecek terlebih dahulu apakah obat-obat yang beredar luas itu aman untuk digunakan.

Semoga isu miring atau hoax ini tak menyebar luas dan menjadi pembodohan publik lagi.(*)

Sumber: Grid.ID
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas