Terapi Stem Cell Bisa Lebih Berkembang Jika Didukung Pemerintah
Riset pengembangan di bidang sel punca semakin pesat di dunia juga di Indonesia serta diminati baik dari dalam negeri maupun luar neger
Editor: Eko Sutriyanto
Walaupun harganya murah, kualitas stem cell di Surabaya tak perlu diragukan.
Dengan melakukan riset secara mandiri, kata Dahlan, RSUD dr Soetomo memiliki kualitas stem cell yang lebih baik daripada yang ada di Jerman.
"Di Jerman para dokter hanya mengembangkan riset yang sudah ada. Karena itu, kita harus mendukung pengobatan stem cell di sini (RSUD dr Soetomo) agar bisa dikenal dunia internasional,” paparnya.
Hambatan dan Kendala
Meskipun sudah teruji ampuh untuk mengobati beragam penyakit, namun dalam praktiknya, kendala biaya yang tidak bisa dijangkau oleh semua orang.
Selain itu ada juga masalah sumber daya manusia, dan infrastruktur (laboratorium, dan rumah sakit yang mumpuni) menjadi salah satu kendala terhambatnya pengembangan metode penyembuhan stem cell di Indonesia.
"Kita berharap pemerintah membangun fasilitas penelitian, produksi sel punca secara massal sehingga lebih terjangkau. Juga fasilitas perawatan bagi pasien yang sesuai standar," papar dr Syaifuddin.
Hambatan lainnya, belum adanya standar pelayanan untuk penanganan medis semua jenis penyakit degeneratif. Misalnya, tidak ada ketentuan jelas soal banyaknya sel punca yang bisa disuntikkan untuk penanganan pada beragam penyakit berbeda.
Sampai saat ini, baru ada dua rumah sakit penerima mandat Kementerian Kesehatan dalam pengembangan sel punca, yakni RSCM dan RSUD Dr. Soetomo.
"Selain itu, ada 9 rumah sakit di daerah, tapi dua itu pengampunya. Harapan kita ada bantuan dana pemerintah untuk membangun fasilitas yang lengkap untuk pengembangan sel punca," kata Syaifuddin.
Pembangunan fasilitas ini diperkirakan membutuhkan dana sekitar 200-300 miliar, termasuk ruang fasilitas rawat inap yang steril bagi pasien tertentu," katanya.