Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Hidrasi Cukup dan Jaga Berat Badan Demi Kesehatan Tulang Belakang sehingga Tampil Menawan

Kekuragan cairan tubuh 2% saja dapat membuat berkurangnya energy tubuh, jadi jangan tunggu sampai kita merasakan haus, itu idealnya

Editor: Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cantik dan tampan bisa dibilang dambaan setiap orang, siapa yang tak menginginkannya?

Namun ini semua tidak dapat di wujudkan ketika dalam diri kita tidak memiliki kualitas kesehatan dan gaya hidup yang baik. Setidaknya ada beberapa hal yang wajib dilakukan seseorang agar terlihat menawan dengan kualitas kesehatan yang prima.

Beberapa hal dimaksud sangat disarankan praktisi kesehatan di Dunia, demikian halnya disampaikan oleh Dr. Sri Wahyuni SpKFR, selaku tim dokter Lamina Pain and Spine Center, diantaranya; menjaga tubuh tertap terhidrasi dengan baik, menjaga berat badan, konsumsi makanan yang sehat, olahraga teratur dan berhenti merokok.

“Saat kita lahir, sebanyak 97% tubuh kita terhidrasi air sebanyak 97%, namun ketika kita bertambah dewasa cairan tubuh kita mulai berkurang hingga 75% saja. Sel-sel tubuh membutuhkan hidrasi yang baik, baik untuk membuang racun hingga sebagai sarana transportasi nutrisi dan asam amino penting melalui darah,” jelas dr. Sri Wahyuni.

Kekuragan cairan tubuh 2% saja dapat membuat berkurangnya energy tubuh, jadi jangan tunggu sampai kita merasakan haus, itu idealnya.

Baca: Berat Badan Joaquin Phoenix Turun 23 Kg Saat Perankan Joker, Kondisi Kejiwaannya Jadi Gila

Dalam gelaran, Muslim Life Fest 2019 di Jakarta Convention Center dengan tema “Hempaskan Nyerimu” yang berlangsung selama 3 hari (30 Agustus – 1 September), Lamina Pain and Spine Center menitik beratkan pada pentingnya menjaga tubuh tetap dalam keadaan prima sehingga cantik dan tampan dari luar dan dalam tubuh bisa di dapatkan.

“Hal yang paling penting lagi adalah menjaga berat badan tetap dalam kondisi ideal,” jelas dr. Sri Wahyuni, praktisi rehabilitasi medic Lamina Pain and Spine Center.

BERITA REKOMENDASI

Menurutnya saat berat badan kita ideal kesehatan tulang punggung kita tetap terjaga demikian halnya dengan kesehatan sendi lutut kita.

“Dari sekian banyak penderita nyeri tulang belakang dan nyeri lutut yang dating ke klinik kami, selain karena factor degenerative, berat badan berlebih juga menjadi pemicu meningkatnya keparahan kondisi pasien,” ujar Dr. Mahdian Nur Nasution SpBS, selaku praktisi minimally invasive spine surgery Lamina Pain and Spine Center.

Penelitian menunjukan risiko orang yang mengalami berat badan berlebih memiliki kemungkin 3 kali lipat lebih besar untuk mengalami nyeri punggung, nyeri sendi dan spasme otot dibandingkan dengan orang dengan berat badan ideal.

Data the American Obesity Association menunjukan sepertiga dari seluruh populasi obesitas di Amerika mengalami masalah nyeri punggung, nyeri otot yang membuatnya membutuhakn perawatan medis, baik dengan obat-obatan maupun terapi intervensi nyeri seperti radiofrekuensi ablasi.

Baca: DPR Tolak Usulan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan

Dipaparkan oleh Dr. Mahdian, obesitas sentral yang ditandai dengan perut yang buncit, akan menyebabkan pinggul lebih maju ke depan, menarik otot-otot tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri pingang.

Obesitas juga meningkatan terjadinya bulging pada bantalan sendi tulang belakang, yang selanjutnya menyebabkan saraf terjepit atau dikenal juga sebagai herniated nucleus pulposed (HNP).

Belum lagi berbagai masalah kesehatan lain seperti piriformis syndrome yang juga dapat di picu karena berat badan berlebih ini.

Hubungan Exercise, Penurunan Berat Badan dengan Berkurangnya Nyeri Tulang Belakang

Hubungan yang pasti antara penurunan berat badan dengan kejadian nyeri tulang belakang masih belum bisa di jelaskan secara pasti, dikarenakan masih minimnya penelitian yang dilakukan terkait dhal ini.

Namun aktivitasolahraga tertentu banyak disebutkan mampu mengurangi episode nyeri seorang.

Seperti yang disampaikan dalam sebuah jurnal kesehatan, dimana pergerakan atau aktivitas tertentu dapat meningkatkan suplai darah yang membawa nutrient, hingga menuju ke bantalan sendi tulang belakang, hingga jaringan lunak sekitar tulang belakang.

Suplai nutrisi yang adekuat inilah yang selanjutnya tetap menjaga bantalan sendi, otot, dan ligament serta sendi tulang belakang dalam kondisi yang prima.

Baca: Dokter Terawan Ungkap Alasan Ani Yudhoyono Batal Terima Donor Sumsum Tulang Belakang Sebelum Wafat

“Banyak orang yang salah kaprah, ketika nyeri tulang belakang muncul, mereka malah menghindari atau terlalu over proteksi pada tulang belakangnya. Yang berujung pada penurunan aktivitas,” jelas Dr. dr. Wawan Mulyawan SpBS, SpKP, pakar nyeri tulang belakang Lamina Pain and Spine Center.

“Padahal sesungguhnya dengan melakukan aktivitas akan dapat mengurangi derajat keparahan nyeridibandingkan hanya bed rest saja,” tambahnya.

Wawan menyebutkan bed rest yang dianjurkan pada penderita nyeri tulang belakang itu 2-3 hari saja, tidak boleh lebih. Istirahat berlebih malah dapat menyebabkan struktur penumpu tulang belakang seperti otot, ligament menjadi kaku atau mengalami kelemahan.

Modalitas Terapi Nyeri Tulang Belakang

Nyeri tulang belakang, umumnya akan membaik dalam 2-3 hari dengan melakukan istirahat.

Namun pada beberapa kondisi mungkin nyeri masih saja ada, meski istirahat sudah dilakukan, bahkan tak jarang nyeri bertambah berat dengan seiringnya waktu.

Pada kondisi seperti inilah Anda harus segera berkunjung ke dokter atau klinik yang focus mengatasi masalah nyeri dan tulang belakang.

Pada tahap awal, obat-obatan nyeri yang di jual bebas mungkin dapat digunakan untuk mengatasi nyeri tulang belakang akut, diikuti dengan istirahat.

Obat-obatan tersebut termasuk diantaranya golongan obat anti inflamasi non steroid (NSAIDs) seperti ibuprofen, naproxen sodium.

Baca: Ramalan Zodiak Besok Selasa 3 September 2019, Taurus Perhatikan Kesehatan, Leo Tampak Bahagia

“Obat-obatan golongan relaksan otot, anti depressant, dan injeksi juga terbukti dapat mengatasi secara efektif nyeri tulang belakang. Hanya saja pemberiannya harus melalui resep dokter,” jelas Dr. Wawan.

“Pada kasus yang lebih berat, terapi minimally invasive seperti radiofrekuensi ablasi, laser disektomi, racz kateter, kifoplasti, endoskopi hingga open suegery, yang ada di Lamina Pain and Spine Center, juga bisa menjadi solusi,” ujar Diana Hestya, MM selaku Chief Marketing Officer Lamina Pain and Spine Center.

Menurutnya kompetensi dokter-dokter di Lamina Pain and Spine Center tidak usah diragukan lagi, ditahun 2018 hingga pertengahan 2019 ini, kami sudah melakukan tindakan minimally invasive spine surgery pada 1200 pasien.

Angka ini merupakan angka terbanyak di Indonesia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas