Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Prevalensinya Naik: Waspadai Diabetes Mellitus, Penyakit Pembunuh Nomor 4 di Dunia

Data di Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, ada peningkatan prevalensi diabetes di Indonesia dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun 2013.

Penulis: Choirul Arifin
zoom-in Prevalensinya Naik: Waspadai Diabetes Mellitus, Penyakit Pembunuh Nomor 4 di Dunia
HANDOUT
Dr. dr. Karina SpBP-RE usai mempertahankan disertasinya dalam penelitiannya tentang efek pemberian Platelet-Rich Plasma terhadap Angiogenesis Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cell kepada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Penelitian tersebut untuk promosi doktoralnya yang dilanjutkan dengan pengukuhan sebagai Doktor Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di di Aula Imeri FKUI, Salemba, Jakarta, Senin (2/9/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren perubahan gaya hidup masyarakat yang berubah membuat penyakit diabetes mellitus (DM) cenderung meningkat prevalensinya di Indonesia.

Data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menunjukkan ada peningkatan prevalensi diabetes di Indonesia dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun 2013.

“Diabetes mellitus (DM) seperti kita ketahui bersama adalah masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. WHO menempatkan DM sebagai penyakit nomor empat penyebab kematian terbanyak di dunia setelah penyakit kardiovaskular, kanker, dan penyakit pernafasan kronis. Berbagai penelitian epidemiologi memperkirakan jumlah penyandang DM akan terus meningkat di seluruh penjuru dunia,” kata Dr. dr. Karina SpBP-RE.

Dokter Karina menjelaskan, sekitar 95 persen dari total kasus DM global adalah DM tipe 2. Terapi terstandar untuk DM tipe 2, adalah meliputi perubahan pola hidup penderita yang dapat berlanjut ke terapi medikamentosa (obat).

Keseluruhan terapi ini difokuskan untuk mencapai target glikemik, di mana pemeriksaan laboratorium berupa angka HbA1C dipakai sebagai acuan.

Sayangnya, walaupun target glikemik dapat tercapai, para penderita DM tipe 2 tetap memiliki risiko komplikasi penyakit vaskular (pembuluh darah), yang dapat menimbulkan berbagai gejala seperti penyakit jantung, gagal ginjal, luka diabetes, disfungsi ereksi, dan sebagainya.

Terapi Stem Cell pada Penderita DM

Berita Rekomendasi

Dr. Karina, SpBP-RE selama ini intens melakukan penelitian mengenai efek pemberian Platelet-Rich Plasma terhadap Angiogenesis Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cell kepada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.

Pagi tadi, Senin (2/9/2019) bertempat di Aula Imeri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Karina SpBP-RE menjalani sidang mempertahankan disertasinya dalam penelitian tersebut untuk promosi doktoralnya yang dilanjutkan dengan pengukuhan sebagai Doktor Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Disertasinya berjudul 'Efek Pemberian Platelet-Rich Plasma terhadap Angiogenesis Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cell Penderita Diabetes Melitus Tipe 2: Tinjauan In Vitro pada VEGF.'

Dr. dr. Karina SpBP-RE__3
Dokter Karina SpBP-RE saat memaparkan disertasi penelitiannya tentang efek pemberian Platelet-Rich Plasma terhadap Angiogenesis Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cell kepada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Aula Imeri FKUI, Salemba, Jakarta, Senin (2/9/2019). Penelitian tersebut dilakukan untuk promosi doktoralnya yang dilanjutkan dengan pengukuhan sebagai Doktor Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Penelitian yang dilakukannya ini memiliki makna yang besar bagi dunia kedokteran di Indonesia karena tren peningkatan prevalensi diabetes di Indonesia.

Dijelaskan, pemanfaatan stem cell (sel punca) pada terapi DM sudah banyak dilakukan di seluruh dunia, dan sudah mulai banyak dilakukan di Indonesia.

Berbagai jurnal tentang peran stem cell pada DM, serta berbagai uji klinis pada berbagai fase, sudah banyak dipublikasikan. Sayangnya, banyak riset menyatakan bahwa potensi stem cell pada DM menurun, sehingga diduga akan terjadi penurunan efektivitas terapi bila menggunakan stem cell autologus (dari tubuh pasien sendiri) pada DM.

Meskipun demikian, penggunaan stem cell autologus untuk aplikasi klinis masih dianggap layak karena stem cell dapat diperoleh dalam jumlah banyak dengan mudah dari jaringan lemak tubuh pasien, serta meniadakan reaksi penolakan dari tubuh pasien.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas