Bangun Manusia yang Unggul, Sehat dan Berkualitas melalui Solusi Sehati TeleCTG
TeleCTG yakni layanan kesehatan maternal jarak jauh terpadu, berbasis inovasi dan teknologi tepat guna
Editor: Eko Sutriyanto
Dr. H. Yusra M.Pd, Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) mengatakan, saat ini terdapat 74.954 desa di seluruh Indonesia.
Sebagian besar desa berada di dalam wilayah geografis yang sulit, khususnya desa-desa di daerah tertinggal, sehingga upaya penetrasi infrastruktur dan akses layanan kesehatan cukup
menantang. Meski begitu, Kementerian Desa PDTT berupaya untuk mengintervensi AKI, AKB dan stunting bekerja sama dengan pemain industri teleHealth seperti Sehati Group.
"teleHealth menjadi salah satu strategi kami dalam mengatasi hambatan geografis dan menjangkau ibu hamil yang berada di desa maupun daerah tertinggal,” katanya.
dr. H. Deden Bonni Koswara, MM., Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu mengatakan, Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu menggunakan Sehati TeleCTG sebagai salah satu upaya intervensi AKI, AKB dan stunting di wilayah Indramayu.
Melalui layanan kesehatan maternal ini, para bidan terbantu dalam mendeteksi faktor risiko ibu hamil, serta melakukan intervensi tepat sasaran sehingga dapat dikelola dengan baik.
Sehati TeleCTG telah membantu 126 bidan, 892 ibu hamil, dan mendeteksi 167 ibu hamil berisiko.
Penggunaan aplikasi Sehati TeleCTG di Kabupaten Indramayu ikut berperan dalam penurunan AKI dan AKB yang cukup signifikan, yaitu AKI yang pada 2018 sebanyak 61 jiwa, menurun menjadi 34 jiwa pada 2019.
Sedangkan AKB yang semula 242 jiwa pada 2018, menurun menjadi 215 jiwa pada 2019.”
Mariana A. Sailana, S.Tr. Keb., Pengelola KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang mengatakan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang juga telah menggunakan solusi Sehati TeleCTG di 14 puskesmas sejak Desember 2018.
Dengan teknologi Sehati TeleCTG, sebanyak 47 bidan berhasil memeriksa 1.471 ibu hamil, dan mendeteksi 991 ibu hamil berisiko.
"Kami juga berhasil menurunkan AKI dari sebelumnya 8 jiwa menjadi 5 jiwa. Faktor risiko kehamilan yang umumnya kami deteksi adalah anemia, kehamilan terlalu dekat, serotinus, kurangnya nutrisi ibu dan usia terlalu tua,” katanya.