Fakta-Fakta Sup Kelelawar, Kuliner Ekstrem Wuhan China yang Diduga Penyebar Virus Corona
Inilah empat fakta sup kelelawar, kuliner ekstrem dari Wuhan, China yang diduga menjadi penyebar virus corona.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Malvyandie Haryadi
Melansir The Sun, kelelawar dimasak menggunakan kaldu, masih dengan bulu dan anggota tubuhnya.
Sup kelelawar itu bisa dimakan begitu saja.
Di sejumlah resep, tidak memasukkan kelelawar utuh.
Namun menggunakan kuah kaldu yang dipakai untuk merebus kelelawar.
Binatang mamalia itu lantas dikuliti, daging dan jeroannya kemudian ditambahkan ke kaldu.
2. Populer di sejumlah daerah
Selain di Wuhan, sup kelelawar juga terkenal di sejumlah negara, terutama di kawasan Asia.
Sebut saja Kamboja, India, Guam, Palau, hingga Indonesia.
Di beberapa negara, kelelawar termasuk makanan ilegal karena adanya risiko penyakit zoonosis yang disebarkan ke manusia dari hewan.
Masih dari The Sun, kelelawar diketahui membawa virus Ebola dan virus Marburg lantas menyebarkannya ke manusia yang bersentuhan dengan mereka.
3. Dipercaya menjadi obat
Seperti banyak hidangan dari Asia, sup kelelawar dipercaya bisa menjadi obat untuk penyakit tertentu.
Darah kelelawar, misalnya yang dianggap dapat untuk membantu gangguan pernapasan.
Terkait penggunaan kelelawar sebagai obat, melansir National Geographic, terdapat beberapa kepercayaan, darah kelelawar dapat digunakan untuk menyembuhkan penderita epilepsi.