Literasi Gizi di Indonesia Masih Kurang, Khususnya Tentang Susu Kental Manis
Selama ini ada yang menganggap SKM adalah minuman yang direkomendasikan untuk mendukung kesehatan dan pertumbuhan anak
Editor: Eko Sutriyanto
"Pemerintah menganggap minuman dengan kadar gula tinggi dapat membahayakan kesehatan, sehingga harus dikendalikan konsumsinya, bayangkan kalau minuman tinggi gula seperti kental manis di konsumsi anak, akan jauh lebih berbahaya”, tambah Arif Hidayat SE. MM, ketua harian YAICI.
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kepedulian terhadap upaya peningkatan kesehatan masyarakat, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan PP Muslimat NU sejak tahun 2018 yang lalu telah berkomitmen melakukan edukasi gizi dan cara bijak mengkonsumsi susu kental manis untuk masyarakat diberbagai daereh di Indonesia.
Selain untuk turut mendukung kampanye pemerintah melalui pembatasan gula garam lemak (GGL), juga sebagai tindak lanjut advokasi mengenai susu kental manis yang menjadi polemik sejak 2018 yang lalu, dengan ditemukannya balita gizi buruk yang mengkonsumsi susu kental manis sejak bayi. Satu diantaranya meninggal.
Ketua Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial PP Muslimat NU, dr Erna Yulia Sofihara mengatakan, selama ini kental manis dianggap susu, padahal kandungan gulanya tinggi susunya rendah.
"Jadi perlu hati-hati bila dikonsumsi anak. Sejatinya Kental manis adalah toping," katanya.
Ketua Pengurus Wilayah Muslimat DIY, Hj Lutvia Dewi Malik S.Ag, menambahkan Muslimat sebagai organisasi perempuan terbesar di Indonesia yang memiliki kader jutaan di berbagai daerah akan memberikan edukasi tentang kandungan kental manis dan dampaknya pada anak.
“Kami menghimbau kader dapat menyampaikan kepada masyarakat bahwa kental manis lebih banyak kandungan gulanya yang bila dikonsumsi secara rutin dapat berdampak bagi kesehatan anak-anak kita, “ kata Hj Lutvia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.