Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Susu Kental Manis Bukan Susu Bernutrisi untuk Pertumbuhan dan Pemenuhan Gizi Anak

Hal itu disampaikan terkait masih tingginya persepsi sebagian masyarakat bahwa susu kental manis adalah susu bernutrisi tinggi untuk pertumbuhan.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Susu Kental Manis Bukan Susu Bernutrisi untuk Pertumbuhan dan Pemenuhan Gizi Anak
net
Susu Kental Manis 

TRIBUNNEWS.COM - Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Kirana Pritasari menegaskan susu kental manis bukan untuk kebutuhan pemenuhan gizi.

“Susu kental manis itu adalah perasa, balita tidak boleh mengkonsumsi sebagai minuman sebelum tidur,” tegas Kirana kepada awak media, dalam acara Seminar Nasional PP Aisyiyah-Yaici dengan tema Peluang dan Tantangan di Bidang Kesehatan dalam Meraih Bonus Demografi 2045, di gedung A gedung Kemendikbud, Jakarta, Rabu, (26/02/2020).

Kirana menyampaikan hal itu terkait masih tingginya persepsi sebagian masyarakat bahwa susu kental manis (SKM) adalah susu bernutrisi tinggi untuk pertumbuhan.

Padahal kandungan gula dalam SKM sangat tinggi, yang bila dikonsumsi rutin dua kali sehari oleh bayi dan balita seperti minuman susu, tentunya dapat menimbulkan efek negatif bagi pertumbuhan dan gizi bayi dan balita tersebut.

Baca: 5 Makanan yang Ampuh untuk Meningkatkan Metabolisme Tubuh, dari Kayu Manis hingga Apel

Baca: Kisah 2 Wanita yang Membuat Perhiasan dari Air Susu Ibu, Para Pelanggan Sampai Meneteskan Air Mata

Tingginya persepsi masyarakat bahwa SKM adalah susu, sebelumnya disampaikan oleh Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat, yang juga menjadi narasumber dalam acara Seminar Nasional tersebut.

Baca: Pengamat: Anies Baswedan Tak Serius Atasi Banjir, Malah Sibuk Urus Formula E

Menurut Arif, pada tahun 2018- 2019 Yaici telah melakukan penelitian terkait persepsi masyarakat terhadap susu kental manis, pada 12 Kabupaten/Kota di enam provinsi, yaitu Kepulauan Riau, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Utara dan Kalimantan Tengah.

“Hasil temuan penting dari penelitian ini adalah tingginya persentasi responden yang menganggap kalau SKM adalah susu yang bisa dikonsumsi oleh balita mereka,” katanya.

Berita Rekomendasi

Selain itu, iklan produk pangan pada media massa khususnya televisi sangat mempengaruhi keputusan orang tua terhadap anak.

Sebanyak 37 persen responden beranggapan bahwa susu kental manis adalah susu bukan topping, dan 73 persen responden mengetahui informasi susu kental manis sebagai susu dari iklan televisi.

“Iklan sebagai promosi produk yang ditayangkan berulang yang akhirnya akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap produk yang diiklankan. Contohnya adalah susu kental manis, selama ini diiklankan sebagai susu, maka hingga hari ini masih ada masyarakat yang mengkonsumsi susu kental manis sebagai susu,” tegas Arif.

Padahal, dengan kandungan gula yang sangat tinggi, lebih dari 50 persen, peruntukan SKM bukanlah sebagai minuman susu yang rutin diminum dua kali sehari.

Menurut Chairunnisa, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, masih menjadi Pekerjaan Rumah yang besar bagi semua pihak untuk terus melakukan edukasi tentang kesehatan, pola makan yang baik dan benar serta nutrisi bergizi bagi bayi dan balita.

Semua pihak, kata Chairunnisa, seharusnya saling bekerjasama dalam program edukasi tersebut.

Chairunnisa menambahkan, demi menyiapkan generasi emas salah satu yang harus diperhatikan adalah di sektor kesehatan.

Untuk itu, menjaga kesehatan generasi penerus sangat penting dimulai sejak di usia dini bahkan masih dalam kandungan.

“Jadi menjaga kualitas generasi bangsa bisa dimulai dari apa yang dikonsumsi, mencegah hal-hal yang tak diinginkan seperti stunting dan penyakit-penyakit lainnya,” tandasnya.

“Sayangnya, kampanye dan sosialisasi tersebut tidak merata di terima oleh masyarakat Indonesia. Keterbatasan media informasi hingga promosi produk makanan dan minuman dari produsen yang begitu masif mengakibatkan kampanye-kampanye kesehatan kurang bergaung. Seperti yang terjadi pada produk kental manis,” kata Chairunnisa.

Sementara itu, Intan Fauzi, SH, LLM, anggota Komisi 9 DPR, dalam kesempatan itu juga menegaskan pentingnya peran edukasi dan sosialisai kesehatan untuk masyarakat.

Baca: Menkop Bertekad Kurangi Dominasi Produk Susu Impor

Terkait persoalan susu kental manis misalnya, edukasi langsung ke masyarakat perlu terus menerus dilakukan.

“Sekarang sudah jelas ada regulasinya, sehingga produsen hingga distributor wajib menerapkan. Nah konsumen juga seharusnya sudah dapat memilah bahwa susu kental manis itu bukan termasuk kategori susu,” jelas Intan.

Agar regulasi tersebut diterapkan dengan baik, fungsi pengawasan juga harus dioptimalkan. “Kami selalu melakukan rapat kerja dan rapat kerja terbatas. Dari situ apabila ada permasalahan menjadi pembahasan. Mengenai peredaran makanan akan menjadi tanggung jawab BPOM, karena kan ada divisi penindakan,” pungkas Intan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas