Profil RSPI Sulianti Saroso, Lokasi Perawatan 2 WNI Positif Corona: Dulu untuk Tampung Pasien Cacar
Dua WNI dinyatakan positif menderita virus corona dan dirawat di RSPI Sulianti Saroso. Inilah profil RSPI Sulianti Saroso.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
Fungsi utama Stasiun Karantina itu untuk menampung penderita cacar yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya.
Tahun 1930-an, Pulau Onrust juga menjadi Asrama Haji sebelum para jemaah haji diberangkatkan ke Arab Saudi.
Para calon haji di Pulau Onrust ditempatkan di sana agar bisa beradaptasi dengan udara laut.
Sebab pada zaman dahulu, mereka naik kapal laut menuju ke Arab Saudi.
Setelah itu, Stasiun Karantina berubah menjadi Rumah Sakit Karantina di Tanjung Priok dan beroperasi mulai 1958-1994.
Fungsi utama Rumah Sakit Karantina menangani penderita penyakit menular dari kapal yang memerlukan karantina.
Fungsi Stasiun Karantina di Tanjung Priok saat itu berimbang dengan menangani penderita cacar pada tahun 1964-1970 sebanyak 2.358 orang.
Sejak Indonesia dinyatakan bebas cacar pada tahun 1972, Stasiun Karantina berubah menjadi Rumah Sakit Karantina (RS Karantina).
RS Karantina ini bertugas menyelenggarakan pelayanan, pengobatan, perawatan, karantina, dan isolasi penyakit
menular tertentu.
Dalam perjalanannya, RS Karantina tak hanya menangani pasien karantina atau pasien yang ditengarai menderita penyakit menular yang diatur oleh pemerintah.
Namun juga penyakit-penyakit menular atau infeksi lainnya.
Seiring dengan pertambahan jenis pelayanan, maka butuh ruangan dan fasilitas yang semakin luas dan lengkap.
Akhirnya RS Karantina dipindahkan secara resmi ke wilayah Sunter pada 1994 dan berubah nama menjadi RSPI Sulianti Saroso.
Pembangunan gedung dan infrastruktur RSPI Sulianto Saroso mendapat bantuan hibah murni (grant) dari
Pemerintah Jepang.