Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Dokter di AS Sukses Temukan Obat Penyembuh Virus Corona Lewat Ujicoba Remdisivir ke Pasien

Sebagian besar pasien yang dilakukan uji klinis obat remdisivir ini memiliki gejala pernapasan dan demam yang parah, tetapi dapat berakhir sembuh.

Penulis: Choirul Arifin
zoom-in Dokter di AS Sukses Temukan Obat Penyembuh Virus Corona Lewat Ujicoba Remdisivir ke Pasien
IST
Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Pharm, PhD. 

Prof Taruna Ikrar juga menjelaska, sebenarnya Remdesivir merupakan antivirus untuk Ebola tetapi beberapa penelitian pada hewan menunjukkan obat itu dapat mencegah dan mengobati virus corona yang terkait dengan Covid-19, termasuk SARS dan MERS.

Sehingga, Remdesivir menunjukkan obat dengan potensi terbaik untuk Covid-19.

Dalam laporannya, Gilead sebagai sponsor penelitian ini, menjelaskan bahwa sebagian besar pasien Covid-19 yang parah, dalam pengobatan selama 6-10 hari kebanyakan dari mereka akan sembuh.

Dia juga menjelaskan, penelitian ini memiliki keterbatasan, karena uji coba tidak memasukkan apa yang dikenal sebagai kelompok kontrol, sehingga akan sulit untuk mengatakan apakah obat tersebut benar-benar membantu pasien pulih lebih baik.

"Dengan kelompok kontrol, beberapa pasien tidak menerima obat yang sedang diuji sehingga dokter dapat menentukan apakah obat itu benar-benar mempengaruhi kondisi mereka," sebut Prof Taruna Ikrar.

Yang jelas, uji coba obat atau clinical trials Remdesivir sedang berlangsung di puluhan pusat Kesehatan dan rumahsakit di Amerika Serikat.

Sebanyak 2.400 pasien dengan gejala Covid-19 yang parah di 152 lokasi percobaan di seluruh Amerika Serikat.

Berita Rekomendasi

Demikian pula, sedang berlangsung uji coba obat pada 1.600 pasien dengan gejala sedang di 169 rumah sakit dan klinik di seluruh dunia.

"Karena ini akan menjadi kebutuhan mendesak untuk pengobatan Covid-19 di seluruh dunia, semoga saja hasilnya konsisten sehingga bisa ditetapkan sebagai obat utama dalam pengobatan penyakit Covid-19," jelasnya.

Selain Remdesevir juga telah dilakukan uji clinis pada ribuan pasien dengan menggunakan obat antimalaria (Hydroxy Chloroquine).

Namun obat anti malaria Hydroxy Chloroquine ini selain memberikan efek mengurangi gejala, ada kelemahannya, yaitu juga memberikan efek samping, berupa hypoglikemia hingga arrythmia atau gangguan irama jantung.

Karena kekurangannya, sehingga bisa saja obat Hydroxy Chloroquine cukup dijadikan sebagai obat pendukang atau supportif drugs.

"Akhirnya, semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama, obat pilihan anti Covid-19 bisa segera disahkan," sebut Prof Taruna Ikrar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas