Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Hasil Temuan Ilmuwan Indonesia di AS, Kebutaan Akibat Amblyopia Dapat Dicegah dan Diobati

Penelitian ini juga berhasil menemukan Gate Ocular Dominance Plasticity yang terletak di layer 4 dari struktur otak bagian cortex penglihatan.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Hasil Temuan Ilmuwan Indonesia di AS, Kebutaan Akibat Amblyopia Dapat Dicegah dan Diobati
DOKUMENTASI PRIBADI
Dr. Taruna Ikrar 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gangguan penglihatan pada anak-anak yang menderita Amblyopia kerap memicu cacat permanen pada mata.

Temuan terbaru dari Dr. Taruna Ikrar, Ph.D. yang dimuat di jurnal internasional Current Biology, memberikan harapan untuk mencegahnya.

Para peneliti mengidentifikasi neuron jenis penghambat, yang menjadi kunci penting dalam perkembangan kemampuan melihat pada anak. Dengan menemukan peran utama jenis inhibitory neuron yang menjadi kunci dalam memediasi bagian penting dari pengembangan penglihatan.

Penelitian ini juga berhasil menemukan Gate Ocular Dominance Plasticity yang terletak di layer 4 dari struktur otak bagian cortex penglihatan.

Taruna Ikrar, ilmuwan asal Indonesia, yang bekerja sebagai profesor dan Kepala Pusat Penelitian Otak PHSU (Pacific Health Sciences University) California dan Anggota (ACCP) American College of Clinical Pharmacology, Amerika Serikat.

Penemuan ini merupakan karya bersama dengan Saintis di UC Irvine, dan Louisiana University, telah menemukan pendekatan baru untuk memperbaiki gangguan penglihatan pada anak-anak yang menderita kelemahan yang dapat menyebabkan kebutaan.

Baca: Bahaya Main Game di Tempat Gelap Yang Sering Diabaikan, Picu Gangguan Otak Hingga Alami Kebutaan

Bahkan dapat melakukan pencegahan sejak awal, sehingga kelak dapat mengurangi kecacatan pada penglihatan anak tersebut.

Baca: Masukkan Bubuk Silica Dalam Botol Minumannya, Bocah Asal Tiongkok Ini Alami Kebutaan Permanen

Berita Rekomendasi

Sebagai mana diketahui, anak-anak yang menderita amblyopia dan gangguan penglihatan akaibat kerusakan saraf penglihatan dalam perkembangannya dapat mengakibatkan cacat permanen pada penglihatan, bahkan sekalipun telah dilakukan operasi atau memperbaiki aksis amblyopia (Kelemahan penglihatan).

Baca: Penggunaan HP Meningkat, Berikut Tips Jaga Kesehatan Mata Saat Pakai Smartphone

Kerusakan ini sering merupakan akibat dari perkembangan system saraf otak yang tidak benar atau dengan kata lain terjadi suatu kesalahan dapat perkembangan sistem saraf dalam fase pertumbuhan anak tersebut.

Demikian pula karena kelemahan visual selama masa kanak-kanak. Sebaliknya, ketika terjadi katarak pada orang dewasa akan dilakukan pembedahan koreksi atau pemulihan penglihatan.

Baca: Tips dan Cara Menggunakan Smartphone Agar Kesehatan Mata Terjaga

Pada penemuan tersebut, ditemukan fenomena menarik yang ditunjukkan oleh jenis atau tipe tertentu pada inhibitory neuron (neuron penghambat), yang mengontrol fase atau waktu, “periode kritis,” dari pertumbuhan dan perkembangan dalam fase awal penglihatan, sebelum anak berusia 7 tahun.

Hasil penelitian ini diterbitkan di Current Biology Journal  secara online pada 25 Juni 2020 dan Edisi cetak Minggu ke-4 Juni 2020, dengan judul "Layer 4 Gates Plasticity in Visual Cortex Independent of a Canonical Microcircuit"

Para peneliti menemukan bahwa fungsi yang tidak tepat dari neuron atau saraf kunci selama periode kritis dalam perkembangan yang bertanggungjawab terhadap kecacatan penglihatan ini.

Dalam penelitian tersebut, Dr. Taruna Ikrar bersama timnya menggunakan senyawa obat tertentu dalam percobaan tersebut, untuk membuka kembali fase atau periode kritis ini yang menunjukkan modifikasi dan pengaruh obat tersebut dapat merangsang dan mengobati kecacatan saraf, yang diakibatkan oleh gangguan penglihatan mata selama fase awal pengembangannya.

Demikian pula, mereka menunjukkan bahwa obat yang ditargetkan pada neuron yang spesifik dan menjadi kunci pengaturan periode kritis tersebut, menunjukkan mengalami perbaikan gangguan penglihatan sentral pada anak-anak yang pernah menderita amblyopia yang menjadi awal pencetus kebutaan.

“Jenis neuron yang spesifik tersebut, meregulasi fase atau periode kritis selama perkembangan anak, yang selama ini masih menjadi misteri,” kata Dr Taruna Ikrar.

“Terobosan kami menguraikan jalan baru untuk perawatan yang dapat mengembalikan penglihatan normal pada anak-anak yang memiliki gangguan penglihatan awal,” lanjutnya.

Bersama sejawatnya, Dr Areen di Lousiana University, UC, PHSU California, Dr Taruna membuat penelitian ini atas biaya dari National Eye Institute (Grant EY01605) dan Institute National For Neurologic and Stroke Disorders.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas