Mitos atau Fakta, Ngantuk di Pagi Hari Termasuk Gejala Diabetes? Begini Kata Dokter
Sering terdengar di masyarakat bahwa ngantuk di pagi hari merupakan satu tanda ciri gejala diabetes. Ini mitos atau fakta? Yuk cari tahu.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alivio
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sering terdengar di masyarakat bahwa ngantuk di pagi hari merupakan satu tanda ciri gejala diabetes. Ini mitos atau fakta? Yuk cari tahu.
Namun untuk hal ini, ternyata belum tentu benar, menurut Dr. Suharko Soebardi, SpPD - KEMD, Internist layanan kesehatan JEC Eye Hospitals and Clinics.
Baca juga: Penderita Diabetes Wajib Merencanakan Susun Perencanaan Puasa, Perhatikan Makanan Sahur dan Berbuka
Baca juga: Mengantuk Setelah Makan, Ketahui Penyebab Sekaligus Cara Mencegahnya
Ngantuk dan lesu di pagi hari sering dianggap sebagai gejala diabetes. Demikian pula jika seseorang merasa mengantuk setelah makan nasi.
"Lesu memang sering jadi gejala diabetes tapi tidak bisa langsung memastikannya, harus ada pemeriksaan terlebih dulu," jelas Dr. Suharko saat JEC Eye Talks Virtual, Selasa (27/04/2021).
Daripada kebiasaan ngantuk, ia menyoroti pola buang air kecil seseorang sebagai satu di antara indikator penting.
Menurutnya, kita boleh curiga akan potensi penyakit ini jika terlalu sering buang air kecil di malam hari.
Terlebih lagi jika sudah membiasakan diri untuk buang air sebelum tidur namun masih terpaksa bangun karena kebelet pipis.
Selain itu ia menjelaskan, ngantuk di pagi hari juga bisa disebabkan karena jumlah waktu tidur di malam hari sangatlah kurang, hal ini menyebabkan ngantuk di pagi harinya.
Selanjutnya, ia menjelaskan perihal larangan makan nasi bagi penderita diabetes karena dianggap dapat meningkatkan kadar gula dalam darah.
Sebaliknya, penderita penyakit ini disarankan untuk beralih pada kentang, umbi atau beras merah yang dinilai lebih sehat.
Dr. Suharko menekankan pentingnya menjada pola makan bukan hanya untuk kesehatan tubuh namun membuat diri kita tetap bahagia.
"Kalau makan nasi merah terus jadi tidak bahagia juga hasilnya buruk," ujarnya.
Ia menyarankan untuk mengatur jumlah asupan nasi dalam menu makan harian kita. Dengan cara ini, tubuh tetap mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan tanpa berakibat buruk.