Jika Ingin Olahraga, Penderita Hipertensi Wajib Pastikan Denyut nadi dan Tekanan Darah Terkontrol
Namun ada hal yang harus diperhatikan agar olahraga memberikan manfaat maksimal bagi tubuh seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Olahraga dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi atau Hipertensi.
Namun ada hal yang harus diperhatikan agar olahraga memberikan manfaat maksimal bagi tubuh seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi.
Baca juga: Penderita Hipertensi Boleh Olahraga, Tapi Ingat, Ada Aturannya, Ini Penjelasan Dokter
Baca juga: Latihan Fisik Jadi Kunci Kendalikan Hipertensi, Pantau Tekanan Darah dengan Jam Tangan Jadi Tren
"Olahraga bagus untuk mengontrol tekanan darah. Tapi kalau sedang sakit kepala, jangan maksain olahraga. Kalau dalam keadaan td sehat, jangan olahraga dulu," ujar Dokter Spesialis Kesehatan Olahraga, dr. Michael Triangto, Sp.KO dalam talkshow virtual, Minggu (2/5/2021).
Ia menyarankan, agar terlebih dahulu memeriksakan kondisi tubuh sebelum olahraga seperti mengukur denyut nadi atau tekanan darah dengan device tertentu, dan lihat catatannya di aplikasi HP atau bisa juga pakai tensimeter digital.
"Kalau misalnya tekanan darah kita bisaanya 120 lalu sekarang 160, jangan olahraga. Demikian juga denyut nadi. Misalnya biasanya 80-an, tapi sekarang 90-100, lebih baik tangguhkan dulu olahraganya, sampai kita konsultasi ke dokter," terang dr.Michael.
Selain itu, penderita hipertensi juga dapat melakukan konsultasi via online.
Sehingga mengetahui apakah layak untuk berolahraga agar memaksakan diri.
*Ini yang Perlu Diperhatikan saat Berolahraga Bagi Penderita Hipertensi*
Saat berolahraga, akan terjadi peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Untuk itu, denyut nadi harus dapat terkontrol dengan baik.
Setelah selesai berolahraga, denyut nadi akan berkurang, sehingga tekanan darah pun lebih terkontrol.
"Kita bisa melihat misalnya tadinya minum obat hipertensi 2 macam, setelah rutin olahraga jadi cuma 1 macam. Jadi lebih baik," ungkap dia.
Michael mengatakan, pengawasan dan catatan terkait tekanan darah dan denyut nadi secara jelas itu penting.
"Ada pasien saya sudah 3 bulan berolahraga, dan ada catatannya. Dari catatan itu, kita bisa bikin grafiknya, apakah kondisinya jadi lebih baik. kita membutuhkan monitoring: parameter tekanan darah, denyut jantung. Dan juga EKG kalau ada, itu akan lebih bagus. Bagi penderita aritmia, yang sebelumnya sering muncul, setelah berolahraga, mungkin berkurang bahkan hilang," terang dokter di RS Mitra Keluarga di Kemayoran ini.
Dengan demikian, faktor monitoring itu sangat penting bagi olahraga itu sendiri: apakah sudah tepat, atau apakah melampaui batas, apakah memberikan hasil.
"Kalau ada hal berbahaya kita bisa hentikan saat itu juga, sehingga kita bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," pesan Michael.