Pasca Hari Raya, Rumah Sakit Biasanya Penuh Pasien dengan Keluhan Ini
Biasanya makanan berat pada momen ini identik dengan kuah santan, sedangkan kue-kue yang melengkapi perayaan ini memiliki rasa yang manis.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pola konsumsi yang berlebihan saat menyantap hidangan khas Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran bisa menyebabkan munculnya beragam penyakit, mulai dari kolesterol hingga diabetes.
Begitu banyak hidangan khas Lebaran yang disajikan para keluarga dalam momen tersebut.
Biasanya makanan berat pada momen ini identik dengan kuah santan, sedangkan kue-kue yang melengkapi perayaan ini memiliki rasa yang manis.
Namun anda tentu perlu waspada, jangan sampai mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula, garam dan lemak secara berlebihan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastroenterohepatologi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG mengatakan bahwa hari ketiga setelah Lebaran, biasanya rumah sakit akan disambangi orang yang mengalami gejala penyakit tertentu ataupun penyakit yang kembali kambuh karena pola konsumsi yang berlebihan.
Pasien yang mendatangi rumah sakit ini umumnya mengeluhkan kolesterol yang tinggi, lantaran mengkonsumsi berbagai macam hidangan tanpa pantangan.
"Biasanya pada hari ketiga itu rumah sakit mulai ramai lagi itu pasien yang macam-macam, ada yang stroke, karena itu (puasa) sudah bagus, tiba-tiba dipaksa untuk makan macam-macam dan kolesterolnya tinggi ya," ujar Prof Ari, dalam talk show live Instagram @rscm.kencana bertajuk 'Antisipasi Penyakit Pasca Lebaran', Senin (10/5/2021) lalu.
Kemudian pasien lainnya ada pula yang mengeluhkan gula darahnya yang tiba-tiba melonjak setelah Lebaran.
Padahal ketika bulan Ramadan, gula darahnya bisa dikendalikan karena konsumsi makanan yang dijaga.
Termasuk penyakit asam urat yang juga banyak dikeluhkan pasien yang mendatangi rumah sakit beberapa hari setelah Lebaran.
"Masalah gula juga, sudah terkontrol gula darahnya (saat puasa), kemudian dia mengkonsumsi lagi makanan yang tidak dijaga (saat Lebaran), akhirnya gula darahnya tiba-tiba melonjak tinggi, termasuk juga asam uratnya," kata Orof Ari.
Keluhan lainnya yang sering dilontarkan pasien setelah momen Idul Fitri adalah masalah pencernaan yang kembali kambuh.
Baca juga: Cegah Kolesterol Naik Akibat Hidangan Bersantan saat Lebaran dengan 10 Makanan Ini
"Nah begitupun yang sakit lambung, sakit maag, pencernaan, udah sehat (saat puasa), akhirnya kambuh lagi (setela Lebaran)," pungkas Prof Ari.
Oleh karena itu, untuk menghindari munculnya gejala atau kambuhnya penyakit setelah Lebaran, perlu menerapkan pola konsumsi makanan yang sehat dan tidak berlebihan.
Perlu diketahui, pemerintah melalui gerakan memasyarakatkan pola hidup sehat (germas) menyebut istilah mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang sebagai 'isi piringku'.
Dosen Program Studi (Prodi) Gizi Universitas Indonesia, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, S.KM., M. K. M mengatakan bahwa panduan 'isi piringku' ini bisa digunakan kapanpun.
Termasuk saat menyesuaikan proporsi makanan yang hendak dikonsumsi pada momen Lebaran.
"Jadi memang kita punya panduaan ya di Indonesia, namanya 'isi piringku'. Itu bisa dipakai di momen kapanpun sebenarnya, mau pas ramadan, mau tidak ramadan, mau pas Lebaran atau event-event besar lain," ujar Wahyu, dalam virtual talk show bersama Tribunnews, Selasa (11/5/2021).
Ia kemudian menjelaskan panduan 'isi piringku' ini menekankan pada timbangan dan proporsi yang tepat antar kelompok bahan makanan yang hendak dikonsumsi.
"Ya jadi kalau kita makan satu piring dibagi dua, di sebelah itu berisi makanan pokok dengan lauk, kemudian di sebelahnya lagi berisi sayur dan buah. Jadi bisa dibilang sayur dan buah itu menempati sekitar setengah piring, kemudian setengahnya lagi makanan pokok dan lauk," jelas Wahyu.
Untuk proporsi makanan pokok pun besaran bidangnya harus lebih banyak dibandingkan dengan lauknya.
"Kan nanti diaplikasikan ya, kalau Lebaran mungkin makanan pokoknya ketupat, entah itu lontong, entah itu buras (bubur beras), ya mungkin beberapa tetap mengkonsumsi nasi ya," kata Wahyu.
Nah, yang perlu diperhatikan saat mengkonsumsi menu khas Lebaran ini adalah sayurannya.
Ia menyadari bahwa ketupat, lontong maupun buras yang dihidangkan sebagai makanan pokok saat hari raya biasanya disajikan dengan paduan sayur santan, bukan sayur bening.
Penggunaan santan pada sayur inilah, kata dia, yang harus menjadi perhatian agar tidak dikonsumsi secara berlebihan.
"Sayurnya, karena ketupat, lontong, buras biasanya lawannya ini sayur yang disantan ya, jarang yang sayur bening, nah ini yang perlu menjadi perhatian," papar Wahyu.
Menurutnya, banyak pula masyarakat yang memiliki persepsi bahwa sayuran bersantan bukan merupakan menu yang sehat.
Namun ia menegaskan bahwa boleh mengkonsumsi sayur bersantan saat Lebaran, namun disarankan untuk lebih memperbanyak konsumsi sayurannya dibandingkan kuah santannya.
"Sayurnya oke, santan oke sebenarnya, kita mulai mengubah paradigma bahwa 'ah ini makanan tidak sehat',lebih ke netral, tinggal bagaimana kita mengaturnya, perlu diawasi atau dibatasi konsumsinya," tutur Wahyu.
Wahyu kemudian menyampaikan bahwa dalam panduan 'isi piringku' dan gizi seimbang secara umum, memang ada anjuran untuk membatasi konsumsi gula, garam dan lemak.
"Lemak itu termasuk di dalamnya santan, maka ketika kita mengkonsumsi ketupat dengan sayur yang bersantan, apapun judul sayurnya, maka diusahakan lebih banyak sayurnya ketimbang kuah santannya," tegas Wahyu.
Selanjutnya, menu yang wajib ada untuk proporsi makanan sehat adalah buah.
Saat momen Lebaran, kata Wahyu, banyak yang kurang memperhatikan pentingnya asupan buah-buahan bagi tubuh.
Karena umumnya pada momen ini, banyak yang lebih suka mengkonsumsi aneka ragam kue maupun cookies.
"Nah berikutnya perlu ditambah buah, ini yang sering kali hilang karena biasanya pelengkapnya ketika Lebaran itu ketupat, sayur santan, kue, entah kue dengan berbagai jenisnya. Ya kue tidak salah sebenarnya, tapi alangkah lebih baik kemudian makan ketupat itu ada sayur ada buahnya," kata Wahyu.
Sedangkan untuk menu lauknya, masyarakat Indonesia cenderung menjadikan rendang, opor maupun semur sebagai hidangan khas Lebaran.
Hal yang perlu diingat adalah saat memasukkan rendang dan opor ke dalam piring, ditambah sayur bersantan, tentunya jumlah santan yang dikonsumsi pun akan bertambah.
Oleh karena itu, ia pun menyarankan agar konsumsi kuah opor, kuah sayur maupun bumbu rendang untuk dikurangi.
"Lalu lauknya bebas, mau rendang oke, mau ayam opor silakan, tapi ingat kalau ada opor ada santan lagi di sana, kuahnya dibatasi. Jangan terlalu banyak, yang penting ada basah-basah di ketupatnya, hingga lebih mudah dikunyah dan ditelan," pungkas Wahyu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.