Merasa Punya Masalah Kesehatan Mental? Hindari Diagnosis Sendiri Berdasarkan Info dari Internet
Jika masalah kesehatan mental dibiarkan, itu akan mengganggu kenyamanan, aktivitas bahkan bisa berdampak menyakiti diri sendiri.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mental Illness mulai marak dibicarakan oleh masyarakat umum. Ia merupakan gangguan kesehatan mental yang mengacu pada berbagai kondisi.
Ini nantinya dapat memengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati, atau perilaku seseorang.
Jika masalah kesehatan mental dibiarkan, itu akan mengganggu kenyamanan, aktivitas bahkan bisa berdampak menyakiti diri sendiri.
Menurut seorang psikolog Sistrianova M.Psi masyarakat perlu memulai diedukasi mengenai masalah kesehatan jiwa.
Tujuannya adalah agar dapat menghindari dan menghadapi faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan mental.
Baca juga: Komika Uus Mengaku Pernah Alami Mental Illness : Dibully karena Culun
Baca juga: Overthinking Pengaruhi Kesehatan Mental Seseorang, Yuki Kato Pernah Mengalaminya
"Selain itu perlu menghindari untuk tidak mendiagnosa diri sendiri hanya berdasarkan informasi yang didapat dari media sosial atau internet," katanya pada Tribunnews, Rabu (26/5/2021)
Selain itu, menurutnya, setiap individu perlu melatih kemampuan untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan (coping skill).
Dimulai dari diri sendiri seperti masalah kepribadian, kepercayaan diri yang rendah hingga ketergantungan pada orang lain.
Dapat pula mengatasi permasalahan eksternal seperti hubungan relasi pekerjaan, lingkungan pertemanan dan lainnya.
Selain itu. lanjut Nova, jika mengalami mental illness, maka hindari untuk melakukan penyangkalan.
Ikut serta dalam komunitas yang memberikan support atau dekat dengan orang-orang yang peduli.
Ketika merasa gejala semakin berat, segera akses tenaga kesehatan jiwa. Misalnya psikologi atau psikater.
Bagi masyarakat atau keluarga yang memiliki kerabat sedang mengalamai depresi, hal yang bisa dilalukan adalah dengan memberi dukungan.
Tidak memberikan stigma buruk, namun menerima dan mendampingi mereka tanpa menilai atau menghakimi.
Lalu mendengarkan apa pun masalah dengan berempati. Menyarankan dan membantu mereka untuk menemui tenaga kesehatan jiwa.